Bapak ilmu sejarah, Herodotus menyatakan bahwa sungai Nil adalah
“hadiah dari surga”. Berkat adanya sungai Nil, wilayah Afrika yang terkenal
kering bisa makmur. Buktinya dapat dilihat dari peradaban Mesir kuno yang mengalami kejayaan dari generasi
ke generasi selama ribuan tahun silam dengan mengandalkan keberadaan sungai
Nil.
Bendera Indonesia dan India. Sudah sejak zaman kuno kedua negara tersebut menjalin hubungan yang positif dan saling membantu.
Pernyataan Herodotus memang benar, tetapi, bagi penulis sendiri tanah
“surga” adalah bumi Nusantara.
Catatan masa lampau membuktikan bahwa wilayah Indonesia pernah menjadi
lokasi penting bagi jalur perdagangan dunia. Kekayaan alamnya yang melimpah
dan dibutuhkan berbagai kerajaan di dunia saat itu, membuat wilayah
Indonesia ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa.
Intensifnya kunjungan dan interaksi akibat kegiatan perdagangan
internasional membuat peradaban nenek moyang kita selangkah lebih
maju. Yakni dari masa praaksara menjadi era kerajaan, catatan, dan tulisan.
Mengapa nenek moyang kita bisa move on dari zaman batu - besi
menuju era kerajaan dan tulisan? Hal tersebut disebabkan karena pada masa
lampau, leluhur Nusantara mendapatkan pengaruh dari salah satu peradaban India kuno.
Sekilas Tentang Ajaran Hindu di India
Agama Hindu merupakan salah satu keyakinan yang bersifat polytheisme, yakni percaya akan keberadaan dewa-dewi. Keberadaan
dewa-dewi tersebut mampu menentukan nasib manusia dan alam semesta.
Darimana agama tersebut muncul?
Hinduisme muncul di negara India karena terdapat perpaduan kebudayaan dari dua bangsa, yaitu suku bangsa Arya dan Dravida yang dipercaya sudah terjadi kurang lebih 6000 tahun yang lalu.
Hinduisme muncul di negara India karena terdapat perpaduan kebudayaan dari dua bangsa, yaitu suku bangsa Arya dan Dravida yang dipercaya sudah terjadi kurang lebih 6000 tahun yang lalu.
Peta persebaran populasi di India berdasarkan suku bangsanya. Bagian utara didominasi ras Arya. Sementara bagian kidul alias selatan dihuni oleh sebagian besar suku Dravida
Masyarakat asli India adalah suku bangsa Dravida. Suku tersebut sebenarnya
telah memiliki kepercayaan lokal yang bersifat polytehisme juga,
akan tetapi, invasi dari bangsa Arya ke wilayah India menyebabkan
kebudayaan keduanya berpadu dan lahirlah agama Hindu. Perlu diketahui, suku
bangsa Arya merupakan pendatang dari Timur Tengah dan Eropa, ciri fisiknya
mirip seperti orang-orang Arab dan Italia saat ini. Sementara, bangsa
Dravida memiliki fisik yang lebih gelap. Kurang lebih sama seperti penduduk
asli Negara Sri Lanka.
Unsur-unsur yang terdapat di agama antara lain : adanya Kekuatan Yang Maha
Kuasa (Tuhan, Dewa/Dewi), rumah ibadah, kitab suci, dan sosok panutan. Agama Hindu memiliki unsur-unsur tersebut. Kitab Veda sabagai pedoman hidup
bagi penganutnya, pura atau candi digunakan untuk tempat peribadatan, trio Dewa utama seperti Brahma (Pencipta Alam Semesta), Wisnu
(Pemelihara Alam Semesta), dan Siwa (perusak alam semesta).
Selain tiga dewa utama tersebut, setiap daerah juga memiliki dewa-dewi lokal yang dijadikan panutan masyarakat. Pemeluk agama Hindu berkeyakinan bahwa dewa-dewi tersebut memiliki andil besar yang menentukan nasib mereka di dunia ini.
Selain tiga dewa utama tersebut, setiap daerah juga memiliki dewa-dewi lokal yang dijadikan panutan masyarakat. Pemeluk agama Hindu berkeyakinan bahwa dewa-dewi tersebut memiliki andil besar yang menentukan nasib mereka di dunia ini.
Tiga Dewa utama dalam ajaran Hindu.
Agama Hindu juga mengenal sistem kasta, yaitu struktur yang bersifat
vertikal dan tertutup. Artinya tidak ada kebebasan seseorang untuk naik
status kastanya. Semua sudah ditakdirkan oleh dewa ketika dilahirkan.
Apabila manusia lahir berkasta sudra, ya itu sudah kehendak Dewa.
Manusia hanya wajib menerima dan berperan sesuai kastanya saja. Para
pemeluk Hindu meyakini bahwa dewa pasti memiliki maksud dan tujuan yang
baik meskipun seseorang dilahirkan dari kasta yang lebih rendah dari kasta rendah.
Ilustrasi pembagian kasta dalam Hindu. Masing-masing profesi mencirikan kasta tertentu
Terdapat empat kasta dalam ajaran Hindu. Antara lain:
Pertama, kasta brahma. Mereka menempati posisi paling tinggi dalam agama Hindu. Kasta brahma diisi oleh para brahmana (kyai-nya agama Hindu). Golongan tersebut dianggap istimewa dan suci karena dipercaya memiliki akses untuk berkomunikasi dengan dewa. Segala perintah dan wahyu dewa diturunkan kepada para brahmana, lalu disebarkan kepada kasta lainnya. Singkatnya, tugas mereka berorientasi dengan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan.
Pertama, kasta brahma. Mereka menempati posisi paling tinggi dalam agama Hindu. Kasta brahma diisi oleh para brahmana (kyai-nya agama Hindu). Golongan tersebut dianggap istimewa dan suci karena dipercaya memiliki akses untuk berkomunikasi dengan dewa. Segala perintah dan wahyu dewa diturunkan kepada para brahmana, lalu disebarkan kepada kasta lainnya. Singkatnya, tugas mereka berorientasi dengan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan.
Kedua, kasta Ksatria. Penghuni golongan ini biasanya berkedudukan sebagai raja,
ratu, pangeran, bangsawan, ksatria, tentara, dan ahli politik. Tugas
utamanya adalah menjalankan roda pemerintahan, menyejahterakan masyarakat,
dan melindungi keamanan serta kedaulatan kerajaan.
Ketiga, kasta Waisya. Mayoritas berprofesi sebagai
saudagar dan pedagang. Mereka berorientasi profit dalam kegiatannya.
Golongan tersebut merupakan mayoritas dalam pemeluk ajaran Hindu. Peranan
Waisya sangat besar, karena orang-orangnya hobi out of comfort zone, alias suka bepergian untuk kepentingan
dagang.
Keempat, kasta Sudra. pada umumnya berprofesi sebagai pembantu dari ketiga kasta lainnya. Menjadi asisten (pembantu), buruh tani, asisten rumah
tangga, dan sejenisnya merupakan ciri khas dari kasta paling bawah dalam ajaran Hindu tersebut.
Selain keempat kasta utama, terdapat juga out cast. Artinya
orang-orang India yang tidak mendapatkan kasta. Golongan ini biasanya diisi
oleh para pengangguran, gelandangan, gembel, pengemis, tunawisma, bahkan orang-orang yang sebelumnya berkasta akan tetapi melakukan dosa besar. Orang-orang ini dalam ajaran Hindu disebut golongan Paria.
Sejarah mencatat, di India terdapat berbagai imperium besar bercorak
Hindu-Buddha seperti Kerajaan Gupta, Maurya, dan Colamandala. Hal ini
membuktikan bahwa agama Hindu memiliki pengaruh besar dalam kehidupan
masyarakat India dari masa kerajaan hingga kehidupan abad milenial saat ini.
Sekilas Tentang Ajaran Buddha
Agama Buddha muncul di India. Agama Buddha tumbuh untuk menjawab
ketidakadilan dalam ajaran Hindu yang disalahgunakan oleh kasta tertentu.
Siapa penyebar ajaran Buddhisme pertama kali? Orang itu adalah Siddharta
Gautama, sosok yang sangat dihormati dan dijadikan junjungan oleh para
pemeluk Buddha.
Ilustrasi Siddharta Gautama, orang suci yang dijadikan panutan oleh pemeluk agama Buddha. Bisa dikatakan Siddharta Gautama adalah penyebar ajaran Buddha pertama kali
Siddharta Gautama merupakan laki-laki yang lahir dari keluarga bangsawan.
Akan tetapi, hatinya merasa terpukul tatkala melihat kelakukan
oknum golongan kasta ksatria dan brahma mendzolimi orang-orang
Sudra. Siddharta beranggapan sistem kasta hanya menguntungkan golongan
atas. Hanya karena mereka ditakdirkan memiliki golongan tinggi, bukan
berarti bebas semau gue memperlakukan golongan lainnya.
Kegalauan dan kegundahan hati membuat Siddharta mengasingkan diri dan
mendapatkan wahyu bahwa ia terpilih untuk menyebarkan ajaran Buddha.
Terpilihnya Siddharta Gautama sebagai peneybar ajaran Buddhis membuatnya
dikenal sebagai orang suci yang membawa perubahan di masyarakat. Lambat
laun ajarannya mulai diterima dan berkembang,. Banyak penduduk terutama
dari golongan Waisya dan Sudra memilih ajaran Buddha yang lebih
mengutamakan perbuatan baik daripada kasta. Hal tersebut dirasa cukup adil.
Seseorang bisa mengubah nasib hidupnya asalkan mauberusaha, berbuat baik, dan
rajin beribadah.
Ajaran Buddha juga memiliki kitab suci yang bernama Tripitaka, rumah
ibadahnya dianamakan Vihara. Panutannya tentu saja Siddharta Gautama.
Sementara keyakinan masih bersifat polytheisme, yakni percaya pada
banyak dewi-dewa.
Sama seperti ajaran agama yang lain, para pemeluk Buddha juga ingin
mencapai kebahagiaan ketika ada di akherat, yaitu masuk
surga atau nirwana. Pada ajaran Buddha, terdapat dua aliran yang bisa
mengantarkan manusia menuju nirwana. Kedua aliran tersebut adalah Mahayana
dan Hinayana.
Aliran Mahayana menekankan bahwa seseorang bisa masuk nirwana dengan bimbingan bodhisatva (orang yang mendapat pencerahan). Sementara Hinayana beranggapan seseorang mampu mencapai kenikmatan surga dengan usahanya sendiri.
Aliran Mahayana menekankan bahwa seseorang bisa masuk nirwana dengan bimbingan bodhisatva (orang yang mendapat pencerahan). Sementara Hinayana beranggapan seseorang mampu mencapai kenikmatan surga dengan usahanya sendiri.
Seorang bodhisatva sedang bermeditasi dan memiliki pengikut yang memohon bimbingannya.
Menjadi seorang bodhisattva bukan pekerajaan yang mudah. Harus
lepas dari segala hal yang bersifat duniawi. Dunia dianggap kotor dan fana
karena terlalu banyak hawa nafsu yang mengejar kesenangan semata. Sementara
akhirat dianggap suci karena disanalah tempat mencapai kenikmatan yang
sebenarnya.
Teori Masuknya Ajaran Hindu di Nusantara
Bagaimana bisa ajaran Hindu yang berasal dari India bisa menyebar ke
Indonesia? Terdapat lima teori untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Berikut ini akan dipaparkan, diantaranya:
a.
Teori Sudra
Ilustrasi golongan Sudra
Seperti yang telah diketahui, golongan Sudra pada umumnya berprofesi
sebagai “asisten” dari kasta-kasta di atasnya. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan, di India orang-orang berkasta sudra banyak yang berkemampuan
ekonomi lemah dan sering didiskriminasi oleh oknum dari kasta lain.
Perasaan ditindas dan merasa didzolimi terus menerus di tanah
kelahiran membuat sebagian dari mereka berusaha mencari kehidupan di tempat yang
lebih baik.
Salah satu tempat tujuan dari kaum sudra adalah Nusantara. Nah, dari petualangan ke daerah lain inilah mereka akhirnya menyebarkan ajaran Hindu kepada penduduk lokal yang belum beragama. Penganut teori tersebut adalah orang Belanda yang bernama van Faber. Ia meyakini Hinduisasi terjadi ketika orang-orang berkasta sudra sampai di Nusantara untuk mengubah nasib mereka.
Salah satu tempat tujuan dari kaum sudra adalah Nusantara. Nah, dari petualangan ke daerah lain inilah mereka akhirnya menyebarkan ajaran Hindu kepada penduduk lokal yang belum beragama. Penganut teori tersebut adalah orang Belanda yang bernama van Faber. Ia meyakini Hinduisasi terjadi ketika orang-orang berkasta sudra sampai di Nusantara untuk mengubah nasib mereka.
Akan tetapi, teori sudra memiliki kelemahan fatal. Kekurangannya adalah kasta Sudra tidak diijinkan mempelajari kitab suci veda. Mereka hanya sekedar
konsumen yang wajib menjalankan ajaran Hindu sesuai arahan kasta Brahma dan
tidak boleh membantah. Pertanyaannya adalah:
Bagaimana bisa mengajarkan agama kepada orang lain jika penganutnya saja dibatasi
dalam mempelajari kitab suci keyakinannya?
b.
Teori Ksatria
Seorang raja yang mengendarai kereta kuda yang ditarik empat kuda putih. raja menyimbolkan kelas yang berkasta kstria
Sejarawan asal India yang bernama Ramesh Chandra Mayundar mengemukakan
bahwa proses Hinduisasi di Nusantara dapat terjadi karena ada campur tangan
dari kasta Ksatria. Jadi, menurut teori ini proses penyebaran agama Hindu
diawali dengan adanya penjajahan yang dilakukan oleh raja-raja India
terhadap suku-suku lokal di Nusantara untuk meluaskan wilayah kerajaannya.
Melalui penyerangan inilah kemudian Hindu masuk dan diterima sebagai agama
baru di bumi Nusantara.
Kelemahan teori Ksatria terletak pada bukti pendukung yang sangat minim.
Tidak ditemukan sumber-sumber tertulis yang menyatakan bahwa
kerajaan-kerajaan India melakukan kolonisasi di Nusantara untuk menyebarkan
ajaran Hindu. Kalo kasus kerajaan Colamandala menyerang Sriwijaya pada abad
ke-9 itu beda lagi karena murni masalah politik, bukan agama.
c.
Teori Waisya
Jualan dan mbolang kesana kemari dan tertawa. Ciri khas masyarakat berkasta Waisya
Golongan para pedagang memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Hindu
di Nusantara. Hal tersebut dinyatakan oleh Nicholaas Johannes Krom, arkeolog dan peneliti sejarah dari Belanda.
Krom percaya bahwa agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh
pedagang-pedagang dari India yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Nusantara.
Sembari melakukan aktivitas perdagangan, mereka berbaur dengan
penduduk lokal dan melakukan praktek amalgamasi (pernikahan campur). Dari
pernikahan itulah kemudian lahir keturunan-keturunan yang otomatis beragama
Hindu.
Sejatinya, para pedagang dari India tidak langsung mengajarkan agama Hindu secara mendalam, dikarenakan profesi mereka adalah pedagang. Mayoritas motivasi awal para pedagang India datang ke wilayah Nusantara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang seperti emas dan perak serta hasil hutan ( Gunawan, 2013:82).
Sejatinya, para pedagang dari India tidak langsung mengajarkan agama Hindu secara mendalam, dikarenakan profesi mereka adalah pedagang. Mayoritas motivasi awal para pedagang India datang ke wilayah Nusantara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang seperti emas dan perak serta hasil hutan ( Gunawan, 2013:82).
Namun, kelemahan pada teori Waisya terdapat pada terbatasnya kemampuan para
pedagang mempelajari isi kitab Veda. Sama seperti kasta Sudra, golongan
Waisya sangat dibatasi mempelajari Veda secara keseluruhan.
d.
Teori Brahma
Kaum brahma dalam ajaran Hindu. Botak-botak gini status sosial mereka di mata masyarakat sangat tinggi
Kaum Brahmana merupakan kasta tertinggi dalam agama Hindu. Maka tidak
mengherankan apabila Jacob Cornelis van Leur menyatakan bahwa Hinduisasi di Nusantara
tidak lepas dari pengaruh para Brahmana. Menurut van Leur, di masa lampau
para kepala suku di Indonesia sudah mengenal perdagangan dengan para
pedagang dari India. Melalui kegiatan interaksi dagang itulah kemudian
kepala suku tertarik untuk mempelajari ajaran Hindu dengan mengundang
brahmana-brahmana dari India. Ketertarikan kepala suku diyakini bersifat
politis dan ekonomi. Mereka mau masuk Hindu karena ingin kedudukannya
setara dengan raja-raja di India (Hapsari, 2006:6).
Teori Brahma juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah fakta
bahwa tidak mudah bagi seorang brahmana meninggalkan tanah kelahirannya
untuk menyebarkan ajaran Hindu. Mereka adalah golongan yang diistimewakan
sehingga sangat kecil kemungkinan mereka mau memenuhi undangan kepala suku.
e.
Teori Arus Balik
Peta penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha dari India ke Nusantara dan Asia
Arus Balik atau bahasa kerennya Contra-Flow. Merupakan teori yang
digagas oleh Frederik David Kan Bosch. Ilmuwan tersebut meyakini bahwa agama Hindu dan
Buddha masuk ke Nusantara karena partisipasi aktif dari masyarakat
Nusantara sendiri melalui jalur hubungan dengan orang-orang India.
Teori Arus Balik meyakini bahwa memang pedagang dari India melakukan
interaksi dengan penduduk lokal dan kepala suku setempat. Kepala suku
tersebut merasa sangat tertarik dengan ajaran yang dibawa oleh para
pedagang tersebut. Sehingga kepala suku setempat berpesan ketika
orang-orang India itu berkunjung kembali ke wilayahnya, untuk dibawakan
seorang brahmana yang mengajari mereka ajaran Hindu maupun Buddha secara
lebih mendalam.
Nah, ketika sampai di India, para brahmana disana merespon request
dari kepala-kepala suku di Nusantara. Mereka mengirimkan brahmana-brahmana muda untuk mengajari dan meng-hindu-kan masyarakat kuno Nusantara yang saat itu peradabannya masih berupa suku-suku lokal. Ketika
para brahmana muda tersebut tiba di tempat tujuan, dimulailah praktek
penyebaran agama Hindu dan Buddha. Setelah dirasa cukup, mereka pulang
kembali ke India dan membawa beberapa pemuda lokal potensial untuk dididik
secara Hindu dan Buddha di tanah kelahiran dua agama tersebut dengan ijin
dari kepala suku yang sudah diangkat menjadi raja.
Berangkatlah para pemuda-pemuda lokal untuk mendalami ajaran Hindu dan Buddha langsung di pusatnya. Begitu selesai alias khatam, para brahmana lokal tersebut kembali ke Nusantara dan menyebarkan ajaran Hindu kepada masyarakatnya. Dari hal itulah kemudian lambat laun ajaran Hindu semakin mengena di hati masyarakat Nusantara. Dampaknya, mulai bermunculan peradaban-peradaban berbentuk kerajaan dengan menganut sistem yang ada di India.
Berangkatlah para pemuda-pemuda lokal untuk mendalami ajaran Hindu dan Buddha langsung di pusatnya. Begitu selesai alias khatam, para brahmana lokal tersebut kembali ke Nusantara dan menyebarkan ajaran Hindu kepada masyarakatnya. Dari hal itulah kemudian lambat laun ajaran Hindu semakin mengena di hati masyarakat Nusantara. Dampaknya, mulai bermunculan peradaban-peradaban berbentuk kerajaan dengan menganut sistem yang ada di India.
Mengapa Para Kepala Suku Tertarik Mempalajari dan Masuk Ajaran Hindu?
Menurut Ratna Hapsari, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan para kepala suku lokal di Nusantara mau masuk Hindu saat itu. Beberapa
faktor tersebut antara lain:
1)
Segi politis
Para kepala suku ingin statusnya naik dan sama dengan raja-raja yang
berkuasa di India. Otomatis dengan masuk agama Hindu, mereka akan langsung
masuk jajaran ksatria. Hal ini akan menguatkan wibawa dan kekuasaan mereka
di mata masyarakat yang dipimpinnya.
2)
Segi ekonomi
Pada saat itu, praktek perdagangan merupakan kegiatan wajib bagi suatu
kerajaan untuk menunjang kehidupan rakyatnya. Jika para kepala suku
Nusantara telah menjadi raja-raja Hindu, mereka akan leluasa berhubungan
dagang dengan kerajaan-kerajaan di India karena status kedudukannya menjadi
setara. Kegiatan kerjasama perdagangan pun akan lebih mudah untuk
dilakukan.
3)
Segi agama
Hubungan timbal balik yang menguntungkan antara raja-raja Nusantara dengan
raja-raja India berimbas pada penyebaran ajaran Hindu itu sendiri. Hal
ini terbukti dari nama-nama raja Nusantara yang bercorak Hindu mulai
mengadopsi sistem pemberian nama raja seperti di India. Selain itu,
penggunaan brbagai prasasti berbahasa Sansekerta untuk mengabadikan
berbagai kebijakan dan peristiwa penting juga hampir sama dengan yang
dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Negara India.
Kesimpulan
Segala sesuatu ada prosesnya. Begitu juga dengan masuknya ajaran Hindu dan
Buddha di Indonesia melalui proses yang sangat panjang. Terdapat pula
beberapa teori yang menyertainya. Namun, yang jelas masyarakat Nusantara
sendiri saat itu juga ikut aktif dalam menerima ajaran Hindu dan Buddha.
Melalui kedua ajaran itulah sejarah Bangsa Indonesia mulai bergeser. Dari
yang masih sistem kesukuan menjadi bersistem kerajaan. Selain itu, hal yang
paling penting dari masuknya Hindu dan Buddha di Nusantara yaitu nenek
moyang kita sudah mulai mengenal tulisan. Melalui tulisan dan
catatan-catatan yang ditinggalkan tabir sejarah akan tetap ada dari
generasi ke generasi.
Sumber:
1. Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.
2. Gunawan, Restu. Dkk. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta :
KEMENDIKBUD.
Oleh:
Baihaqi Aditya, S,Pd.
Pembahasannya ringan min, g000000d
BalasHapus