Rabu, 14 Februari 2018

TEORI MASUKNYA PENGARUH HINDU-BUDDHA DI NUSANTARA, AWAL PERADABAN MASYARAKAT BUMIPUTRA MEMASUKI ERA KERAJAAN DAN TULISAN

Bapak ilmu sejarah, Herodotus menyatakan bahwa sungai Nil adalah “hadiah dari surga”. Berkat adanya sungai Nil, wilayah Afrika yang terkenal kering bisa makmur. Buktinya dapat dilihat dari peradaban Mesir kuno yang mengalami kejayaan dari generasi ke generasi selama ribuan tahun silam dengan mengandalkan keberadaan sungai Nil.

Bendera Indonesia dan India. Sudah sejak zaman kuno kedua negara tersebut menjalin hubungan yang positif dan saling membantu.

Pernyataan Herodotus memang benar, tetapi, bagi penulis sendiri tanah “surga” adalah bumi Nusantara. Catatan masa lampau membuktikan bahwa wilayah Indonesia pernah menjadi lokasi penting bagi jalur perdagangan dunia. Kekayaan alamnya yang melimpah dan dibutuhkan berbagai kerajaan di dunia saat itu, membuat wilayah Indonesia ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa. Intensifnya kunjungan dan interaksi akibat kegiatan perdagangan internasional membuat peradaban nenek moyang kita selangkah lebih maju. Yakni dari masa praaksara menjadi era kerajaan, catatan, dan tulisan.


Mengapa nenek moyang kita bisa move on dari zaman batu - besi menuju era kerajaan dan tulisan? Hal tersebut disebabkan karena pada masa lampau, leluhur Nusantara mendapatkan pengaruh dari salah satu peradaban India kuno.

Sekilas Tentang Ajaran Hindu di India
Agama Hindu merupakan salah satu keyakinan yang bersifat polytheisme, yakni percaya akan keberadaan dewa-dewi. Keberadaan dewa-dewi tersebut mampu menentukan nasib manusia dan alam semesta. Darimana agama tersebut muncul?

Hinduisme muncul di negara India karena terdapat perpaduan kebudayaan dari dua bangsa, yaitu suku bangsa Arya dan Dravida yang dipercaya sudah terjadi kurang lebih 6000 tahun yang lalu.

Peta persebaran populasi di India berdasarkan suku bangsanya. Bagian utara didominasi ras Arya. Sementara bagian kidul alias selatan dihuni oleh sebagian besar suku Dravida

Masyarakat asli India adalah suku bangsa Dravida. Suku tersebut sebenarnya telah memiliki kepercayaan lokal yang bersifat polytehisme juga, akan tetapi, invasi dari bangsa Arya ke wilayah India menyebabkan kebudayaan keduanya berpadu dan lahirlah agama Hindu. Perlu diketahui, suku bangsa Arya merupakan pendatang dari Timur Tengah dan Eropa, ciri fisiknya mirip seperti orang-orang Arab dan Italia saat ini. Sementara, bangsa Dravida memiliki fisik yang lebih gelap. Kurang lebih sama seperti penduduk asli Negara Sri Lanka.

Unsur-unsur yang terdapat di agama antara lain : adanya Kekuatan Yang Maha Kuasa (Tuhan, Dewa/Dewi), rumah ibadah, kitab suci, dan sosok panutan. Agama Hindu memiliki unsur-unsur tersebut. Kitab Veda sabagai pedoman hidup bagi penganutnya, pura atau candi digunakan untuk tempat peribadatan, trio Dewa utama seperti Brahma (Pencipta Alam Semesta), Wisnu (Pemelihara Alam Semesta), dan Siwa (perusak alam semesta).

Selain tiga dewa utama tersebut, setiap daerah juga memiliki dewa-dewi lokal yang dijadikan panutan masyarakat. Pemeluk agama Hindu berkeyakinan bahwa dewa-dewi tersebut memiliki andil besar yang menentukan nasib mereka di dunia ini.

Tiga Dewa utama dalam ajaran Hindu.

Agama Hindu juga mengenal sistem kasta, yaitu struktur yang bersifat vertikal dan tertutup. Artinya tidak ada kebebasan seseorang untuk naik status kastanya. Semua sudah ditakdirkan oleh dewa ketika dilahirkan. Apabila manusia lahir berkasta sudra, ya itu sudah kehendak Dewa. Manusia hanya wajib menerima dan berperan sesuai kastanya saja. Para pemeluk Hindu meyakini bahwa dewa pasti memiliki maksud dan tujuan yang baik meskipun seseorang dilahirkan dari kasta yang lebih rendah dari kasta rendah.

Ilustrasi pembagian kasta dalam Hindu. Masing-masing profesi mencirikan kasta tertentu

Terdapat empat kasta dalam ajaran Hindu. Antara lain:

Pertama, kasta brahma. Mereka menempati posisi paling tinggi dalam agama Hindu. Kasta brahma diisi oleh para brahmana (kyai-nya agama Hindu). Golongan tersebut dianggap istimewa dan suci karena dipercaya memiliki akses untuk berkomunikasi dengan dewa. Segala perintah dan wahyu dewa diturunkan kepada para brahmana, lalu disebarkan kepada kasta lainnya. Singkatnya, tugas mereka berorientasi dengan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan.

Kedua, kasta Ksatria. Penghuni golongan ini biasanya berkedudukan sebagai raja, ratu, pangeran, bangsawan, ksatria, tentara, dan ahli politik. Tugas utamanya adalah menjalankan roda pemerintahan, menyejahterakan masyarakat, dan melindungi keamanan serta kedaulatan kerajaan.

Ketiga, kasta Waisya. Mayoritas berprofesi sebagai saudagar dan pedagang. Mereka berorientasi profit dalam kegiatannya. Golongan tersebut merupakan mayoritas dalam pemeluk ajaran Hindu. Peranan Waisya sangat besar, karena orang-orangnya hobi out of comfort zone, alias suka bepergian untuk kepentingan dagang.

Keempat, kasta Sudra. pada umumnya berprofesi sebagai pembantu dari ketiga kasta lainnya. Menjadi asisten (pembantu), buruh tani, asisten rumah tangga, dan sejenisnya merupakan ciri khas dari kasta paling bawah dalam ajaran Hindu tersebut.

Selain keempat kasta utama, terdapat juga out cast. Artinya orang-orang India yang tidak mendapatkan kasta. Golongan ini biasanya diisi oleh para pengangguran, gelandangan, gembel, pengemis, tunawisma, bahkan orang-orang yang sebelumnya berkasta akan tetapi melakukan dosa besar. Orang-orang ini dalam ajaran Hindu disebut golongan Paria.

Sejarah mencatat, di India terdapat berbagai imperium besar bercorak Hindu-Buddha seperti Kerajaan Gupta, Maurya, dan Colamandala. Hal ini membuktikan bahwa agama Hindu memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat India dari masa kerajaan hingga kehidupan abad milenial saat ini.

Sekilas Tentang Ajaran Buddha
Agama Buddha muncul di India. Agama Buddha tumbuh untuk menjawab ketidakadilan dalam ajaran Hindu yang disalahgunakan oleh kasta tertentu. Siapa penyebar ajaran Buddhisme pertama kali? Orang itu adalah Siddharta Gautama, sosok yang sangat dihormati dan dijadikan junjungan oleh para pemeluk Buddha.

Ilustrasi Siddharta Gautama, orang suci yang dijadikan panutan oleh pemeluk agama Buddha. Bisa dikatakan Siddharta Gautama adalah penyebar ajaran Buddha pertama kali

Siddharta Gautama merupakan laki-laki yang lahir dari keluarga bangsawan. Akan tetapi, hatinya merasa terpukul tatkala melihat kelakukan oknum golongan kasta ksatria dan brahma mendzolimi orang-orang Sudra. Siddharta beranggapan sistem kasta hanya menguntungkan golongan atas. Hanya karena mereka ditakdirkan memiliki golongan tinggi, bukan berarti bebas semau gue memperlakukan golongan lainnya.

Kegalauan dan kegundahan hati membuat Siddharta mengasingkan diri dan mendapatkan wahyu bahwa ia terpilih untuk menyebarkan ajaran Buddha. Terpilihnya Siddharta Gautama sebagai peneybar ajaran Buddhis membuatnya dikenal sebagai orang suci yang membawa perubahan di masyarakat. Lambat laun ajarannya mulai diterima dan berkembang,. Banyak penduduk terutama dari golongan Waisya dan Sudra memilih ajaran Buddha yang lebih mengutamakan perbuatan baik daripada kasta. Hal tersebut dirasa cukup adil. Seseorang bisa mengubah nasib hidupnya asalkan  mauberusaha, berbuat baik, dan rajin beribadah.

Ajaran Buddha juga memiliki kitab suci yang bernama Tripitaka, rumah ibadahnya dianamakan Vihara. Panutannya tentu saja Siddharta Gautama. Sementara keyakinan masih bersifat polytheisme, yakni percaya pada banyak dewi-dewa.

Sama seperti ajaran agama yang lain, para pemeluk Buddha juga ingin mencapai kebahagiaan ketika ada di akherat, yaitu masuk surga atau nirwana. Pada ajaran Buddha, terdapat dua aliran yang bisa mengantarkan manusia menuju nirwana. Kedua aliran tersebut adalah Mahayana dan Hinayana.

Aliran Mahayana menekankan bahwa seseorang bisa masuk nirwana dengan bimbingan bodhisatva (orang yang mendapat pencerahan). Sementara Hinayana beranggapan seseorang mampu mencapai kenikmatan surga dengan usahanya sendiri.

Seorang bodhisatva sedang bermeditasi dan memiliki pengikut yang memohon bimbingannya.

Menjadi seorang bodhisattva bukan pekerajaan yang mudah. Harus lepas dari segala hal yang bersifat duniawi. Dunia dianggap kotor dan fana karena terlalu banyak hawa nafsu yang mengejar kesenangan semata. Sementara akhirat dianggap suci karena disanalah tempat mencapai kenikmatan yang sebenarnya.

Teori Masuknya Ajaran Hindu di Nusantara
Bagaimana bisa ajaran Hindu yang berasal dari India bisa menyebar ke Indonesia? Terdapat lima teori untuk menjawab pertanyaan tersebut. Berikut ini akan dipaparkan, diantaranya:

a. Teori Sudra

Ilustrasi golongan Sudra

Seperti yang telah diketahui, golongan Sudra pada umumnya berprofesi sebagai “asisten” dari kasta-kasta di atasnya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan, di India orang-orang berkasta sudra banyak yang berkemampuan ekonomi lemah dan sering didiskriminasi oleh oknum dari kasta lain. Perasaan ditindas dan merasa didzolimi terus menerus di tanah kelahiran membuat sebagian dari mereka berusaha mencari kehidupan di tempat yang lebih baik.

Salah satu tempat tujuan dari kaum sudra adalah Nusantara. Nah, dari petualangan ke daerah lain inilah mereka akhirnya menyebarkan ajaran Hindu kepada penduduk lokal yang belum beragama. Penganut teori tersebut adalah orang Belanda yang bernama van Faber. Ia meyakini Hinduisasi terjadi ketika orang-orang berkasta sudra sampai di Nusantara untuk mengubah nasib mereka.

Akan tetapi, teori sudra memiliki kelemahan fatal. Kekurangannya adalah kasta Sudra tidak diijinkan mempelajari kitab suci veda. Mereka hanya sekedar konsumen yang wajib menjalankan ajaran Hindu sesuai arahan kasta Brahma dan tidak boleh membantah. Pertanyaannya adalah: Bagaimana bisa mengajarkan agama kepada orang lain jika penganutnya saja dibatasi dalam mempelajari kitab suci keyakinannya?

b. Teori Ksatria

Seorang raja yang mengendarai kereta kuda yang ditarik empat kuda putih. raja menyimbolkan kelas yang berkasta kstria

Sejarawan asal India yang bernama Ramesh Chandra Mayundar mengemukakan bahwa proses Hinduisasi di Nusantara dapat terjadi karena ada campur tangan dari kasta Ksatria. Jadi, menurut teori ini proses penyebaran agama Hindu diawali dengan adanya penjajahan yang dilakukan oleh raja-raja India terhadap suku-suku lokal di Nusantara untuk meluaskan wilayah kerajaannya. Melalui penyerangan inilah kemudian Hindu masuk dan diterima sebagai agama baru di bumi Nusantara.

Kelemahan teori Ksatria terletak pada bukti pendukung yang sangat minim. Tidak ditemukan sumber-sumber tertulis yang menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan India melakukan kolonisasi di Nusantara untuk menyebarkan ajaran Hindu. Kalo kasus kerajaan Colamandala menyerang Sriwijaya pada abad ke-9 itu beda lagi karena murni masalah politik, bukan agama.

c. Teori Waisya

Jualan dan mbolang kesana kemari dan tertawa. Ciri khas masyarakat berkasta Waisya

Golongan para pedagang memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Hindu di Nusantara. Hal tersebut dinyatakan oleh Nicholaas Johannes Krom, arkeolog dan peneliti sejarah dari Belanda. Krom percaya bahwa agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh pedagang-pedagang dari India yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sembari melakukan aktivitas perdagangan, mereka berbaur dengan penduduk lokal dan melakukan praktek amalgamasi (pernikahan campur). Dari pernikahan itulah kemudian lahir keturunan-keturunan yang otomatis beragama Hindu.

Sejatinya, para pedagang dari India tidak langsung mengajarkan agama Hindu secara mendalam, dikarenakan profesi mereka adalah pedagang. Mayoritas motivasi awal para pedagang India datang ke wilayah Nusantara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang seperti emas dan perak serta hasil hutan ( Gunawan, 2013:82).

Namun, kelemahan pada teori Waisya terdapat pada terbatasnya kemampuan para pedagang mempelajari isi kitab Veda. Sama seperti kasta Sudra, golongan Waisya sangat dibatasi mempelajari Veda secara keseluruhan.

d. Teori Brahma

Kaum brahma dalam ajaran Hindu. Botak-botak gini status sosial mereka di mata masyarakat sangat tinggi

Kaum Brahmana merupakan kasta tertinggi dalam agama Hindu. Maka tidak mengherankan apabila Jacob Cornelis van Leur menyatakan bahwa Hinduisasi di Nusantara tidak lepas dari pengaruh para Brahmana. Menurut van Leur, di masa lampau para kepala suku di Indonesia sudah mengenal perdagangan dengan para pedagang dari India. Melalui kegiatan interaksi dagang itulah kemudian kepala suku tertarik untuk mempelajari ajaran Hindu dengan mengundang brahmana-brahmana dari India. Ketertarikan kepala suku diyakini bersifat politis dan ekonomi. Mereka mau masuk Hindu karena ingin kedudukannya setara dengan raja-raja di India (Hapsari, 2006:6).

Teori Brahma juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah fakta bahwa tidak mudah bagi seorang brahmana meninggalkan tanah kelahirannya untuk menyebarkan ajaran Hindu. Mereka adalah golongan yang diistimewakan sehingga sangat kecil kemungkinan mereka mau memenuhi undangan kepala suku.

e. Teori Arus Balik

Peta penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha dari India ke Nusantara dan Asia

Arus Balik atau bahasa kerennya Contra-Flow. Merupakan teori yang digagas oleh Frederik David Kan Bosch. Ilmuwan tersebut meyakini bahwa agama Hindu dan Buddha masuk ke Nusantara karena partisipasi aktif dari masyarakat Nusantara sendiri melalui jalur hubungan dengan orang-orang India.

Teori Arus Balik meyakini bahwa memang pedagang dari India melakukan interaksi dengan penduduk lokal dan kepala suku setempat. Kepala suku tersebut merasa sangat tertarik dengan ajaran yang dibawa oleh para pedagang tersebut. Sehingga kepala suku setempat berpesan ketika orang-orang India itu berkunjung kembali ke wilayahnya, untuk dibawakan seorang brahmana yang mengajari mereka ajaran Hindu maupun Buddha secara lebih mendalam.

Nah, ketika sampai di India, para brahmana disana merespon request dari kepala-kepala suku di Nusantara. Mereka mengirimkan brahmana-brahmana muda untuk mengajari dan meng-hindu-kan masyarakat kuno Nusantara yang saat itu peradabannya masih berupa suku-suku lokal. Ketika para brahmana muda tersebut tiba di tempat tujuan, dimulailah praktek penyebaran agama Hindu dan Buddha. Setelah dirasa cukup, mereka pulang kembali ke India dan membawa beberapa pemuda lokal potensial untuk dididik secara Hindu dan Buddha di tanah kelahiran dua agama tersebut dengan ijin dari kepala suku yang sudah diangkat menjadi raja.

Berangkatlah para pemuda-pemuda lokal untuk mendalami ajaran Hindu dan Buddha langsung di pusatnya. Begitu selesai alias khatam, para brahmana lokal tersebut kembali ke Nusantara dan menyebarkan ajaran Hindu kepada masyarakatnya. Dari hal itulah kemudian lambat laun ajaran Hindu semakin mengena di hati masyarakat Nusantara. Dampaknya, mulai bermunculan peradaban-peradaban berbentuk kerajaan dengan menganut sistem yang ada di India.

Mengapa Para Kepala Suku Tertarik Mempalajari dan Masuk Ajaran Hindu?

Menurut Ratna Hapsari, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan para kepala suku lokal di Nusantara mau masuk Hindu saat itu. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1) Segi politis
Para kepala suku ingin statusnya naik dan sama dengan raja-raja yang berkuasa di India. Otomatis dengan masuk agama Hindu, mereka akan langsung masuk jajaran ksatria. Hal ini akan menguatkan wibawa dan kekuasaan mereka di mata masyarakat yang dipimpinnya.

2) Segi ekonomi
Pada saat itu, praktek perdagangan merupakan kegiatan wajib bagi suatu kerajaan untuk menunjang kehidupan rakyatnya. Jika para kepala suku Nusantara telah menjadi raja-raja Hindu, mereka akan leluasa berhubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan di India karena status kedudukannya menjadi setara. Kegiatan kerjasama perdagangan pun akan lebih mudah untuk dilakukan.

3) Segi agama
Hubungan timbal balik yang menguntungkan antara raja-raja Nusantara dengan raja-raja India berimbas pada penyebaran ajaran Hindu itu sendiri. Hal ini terbukti dari nama-nama raja Nusantara yang bercorak Hindu mulai mengadopsi sistem pemberian nama raja seperti di India. Selain itu, penggunaan brbagai prasasti berbahasa Sansekerta untuk mengabadikan berbagai kebijakan dan peristiwa penting juga hampir sama dengan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Negara India.

Kesimpulan
Segala sesuatu ada prosesnya. Begitu juga dengan masuknya ajaran Hindu dan Buddha di Indonesia melalui proses yang sangat panjang. Terdapat pula beberapa teori yang menyertainya. Namun, yang jelas masyarakat Nusantara sendiri saat itu juga ikut aktif dalam menerima ajaran Hindu dan Buddha. Melalui kedua ajaran itulah sejarah Bangsa Indonesia mulai bergeser. Dari yang masih sistem kesukuan menjadi bersistem kerajaan. Selain itu, hal yang paling penting dari masuknya Hindu dan Buddha di Nusantara yaitu nenek moyang kita sudah mulai mengenal tulisan. Melalui tulisan dan catatan-catatan yang ditinggalkan tabir sejarah akan tetap ada dari generasi ke generasi.
 
Sumber:
1. Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
2. Gunawan, Restu. Dkk. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : KEMENDIKBUD.

Oleh:


Baihaqi Aditya, S,Pd.

1 komentar: