Apa sih Pentingnya Berpikir Secara Kronologis, Diakronik dan Sinkronik
Dalam Mempelajari Sejarah?
Mempelajari peristiwa-peristiwa bersejarah agar lebih mudah dan menarik, kita harus berpikir secara urut atau step by step sesuai waktu kejadiannya agar membantu memudahkan dalam memahami sejarah itu sendiri. Hindari berpikir melompat-lompat, Karena
berpikir seperti itu hanya akan menimbulkan kebingungan
dan semakin menambah ketidakjelasan dalam mempelajari sejarah.
Jadi..berpikirlah secara urut sesuai proses terjadinya peristiwa, karena
peristiwa sejarah itu saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain. Satu peristiwa
yang terjadi saat ini pasti memiliki latar belakang di masa
lampau. Oleh sebab itu, dalam ilmu sejarah sangat penting mempelajari berpikir secara kronologis, diakronik, dan sinkronik sehingga
kita akan lebih paham dan bisa menikmati dalam mempelajari dunia masa lampau.
Berpikir Secara Kronologis
Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan berbagai perkembangan, baik pada
taraf sederhana hingga level yang lebih kompleks. Taraf
sederhana dapat dilihat seperti kehidupan awal manusia praaksara yang masih
bertujuan mempertahankan hidupnya dari tantangan alam. Sedangkan level yang kompleks, yaitu kehidupan kita saat ini, manusia modern yang hidup di abad
21 dengan berbagai masalah khas abad 21 seperti kuota habis, smartphone hilang, tugas ketinggalan, dan masalah-masalah sejenisnya yang mana sebenarnya itu adalah kesalahan dan kemalasan manusianya sendiri.
Oke, back to jalan pembahasan yang benar. Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh berbagai peristiwa yang dapat mempengaruhi kehidupan banyak orang. Peristiwa-peristiwa berpengaruh tersebut contohnya Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Dingin, dan lain-lain.
Oke, back to jalan pembahasan yang benar. Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh berbagai peristiwa yang dapat mempengaruhi kehidupan banyak orang. Peristiwa-peristiwa berpengaruh tersebut contohnya Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Dingin, dan lain-lain.
Kompleksnya peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kehidupan manusia dari
setiap zaman, membuat para ahli sejarah mengelompokkan berbagai peristiwa tersebut sesuai waktu kejadiannya (Kronologis). Berarti dapat disimpulkan, bahwa berpikir secara kronologis dalam mempelajari berbagai peristiwa di masa lampau bertujuan untuk mempermudah pemahaman peristiwa sejarah berdasarkan urutan kejadian waktu.
Contohnya sebagai berikut:
Abad
|
Peristiwa dan Tahun Kejadian di Nusantara (Indonesia)
|
16
|
Cornelis de Houtman, penjelajah asal Belanda tiba di pelabuhan kerajaan Banten pada tahun 1596 |
17
|
VOC (Kongsi Dagang Belanda) dibentuk untuk memonopoli Perdagangan Nusantara mulai tahun 1602 |
18
|
VOC menguasai kerajaan-kerajaan pesisir di Pulau Jawa mulai tahun 1775 |
19
|
Belanda hampir menguasai Perdagangan dan politik di seluruh Nusantara secara sistematis pada tahun 1896 |
Menggunakan contoh tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
mempelajari sejarah harus sesuai waktu kejadiannya sehingga akan memudahkan kita untuk
mengetahui proses dari berbagai peristiwa yang terjadi.
Berpikir Secara Diakronik
Berpikir secara diakronik artinya ketika mempelajari sejarah, kita
akan berbicara tentang proses yang memanjang tetapi ruang pembahasan
peristiwanya terbatas. Kata "proses" selalu identik dengan tahapan yang harus dilalui di dalam rentang waktu.
Rentang waktu dalam sejarah kan panjang sekali, oleh karena itu, dalam
buku-buku sejarah biasanya dibatasi rentang waktu dan pembahasan
peristiwanya. Contohnya buku sejarah karya Daradjadi yang berjudul
“Geger Pacinan : Persekutuan Tionghoa dan Jawa Melawan VOC Tahun
1740-1743”.
Buku Geger Pecinan, Contoh berpikir sejarah secara diakronik
Berdasarkan judul buku sejarah di atas, kita menggunakan cara berpikir diakronik. Artinya selama rentang waktu 1740-1743 akan
dibahas apa saja yang terjadi, bagaimana prosesnya, dan bagaimana dampak
yang dihasilkan dari adanya perang Tionghoa dan Jawa melawan VOC.
Pembahasannya hanya berorientasi pada satu peristiwa saja, yakni
Geger Pacinan. Tetapi, waktu peristiwa itu terjadi yang memanjang, yakni antara tahun 1740-1743. Nah, dari sini sudah kelihatan bahwa berpikir secara diakronik,
kita akan lebih fokus mempelajari satu peristiwa sejarah pada rentang
waktu tertentu.
Berpikir Secara Sinkronik
Kebalikan dari berpikir diakronik, hendaknya dalam mempelajari sejarah, kita juga harus berpikir secara sinkronik. Artinya kita membahas peristiwa sejarah secara luas cakupannya di suatu tempat, tetapi waktunya yang menyempit. Contoh judul peristiwa sejarah dalam pemikiran secara sinkronik adalah “Berbagai Pertempuran di Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan melawan Agresi Militer Belanda Pada Tahun 1945”.
Dari atas ke bawah, Pertempuran Surabaya, Pertempuran Lima Hari Di Semarang, dan Pertempuran Medan Area
Berdasarkan judul contoh di atas, kita bisa melihat bahwa yang dibahas adalah peristiwa
pertempuran di berbagai daerah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Disini dapat terlihat bahwa ruang
bahasannya luas. Ada pertempuran di Surabaya, pertempuran Lima Hari di Semarang, dan Pertempuran Medan Area. Akan tetapi, rentang waktunya terbatas, yakni hanya pada
tahun 1945.
Kesimpulan
Berpikirlah secara urut sesuai proses kejadian karena peristiwa-peristiwa sejarah saling berkesinambungan. Satu
peristiwa yang terjadi saat ini pasti memiliki latar belakang yang terjadi
di masa lampau.
Berpikirlah secara kronologis, diakronik, dan sinkronik sehingga kita dapat menikmati cerita masa lampau dan dapat diambil hikmahnya untuk pembelajaran pada masa sekarang dan masa yang akan datang
Berpikirlah secara kronologis, diakronik, dan sinkronik sehingga kita dapat menikmati cerita masa lampau dan dapat diambil hikmahnya untuk pembelajaran pada masa sekarang dan masa yang akan datang
Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar