Senin, 27 November 2017

ZAMAN NEOLITHIKUM, ERA BATU TERCANGGIH DARI KEHIDUPAN PRAAKSARA

Zaman batu di Indonesia merupakan masa dimana peradaban nenek moyang bumi Nusantara mulai membentuk peradabannya. Zaman batu sendiri memiliki berbagai tingkatan. Tingkat paling awal adalah masa Paleolithikum, kemudian disusul Mesolithikum, dan yang paling canggih adalah Neolithikum. Pada postingan kali ini, penulis akan memberikan informasi tentang masa tercanggih pada zaman batu, yaitu Neolithikum

Siklus hidup manusia zaman Neolithikum. Sudah bisa angon-angon binatang dan nandur tanaman

Revolusi Berbagai Bidang Kehidupan
Kehidupan masyarakat praaksara pada zaman Neolithikum mengalami perkembangan yang sangat pesat dari zaman sebelumnya.
Zaman ini diyakini terjadi di Indonesia antara 12.000-3000 tahun sebelum masehi. Setidaknya terdapat lima aspek kehidupan yang berubah sejak manusia memasuki zaman Neolithikum, antara lain:

Aspek Tempat Tinggal , Apabila pada zaman Paleolithikum manusia masih berpindah-pindah tempat tinggalnya, hal tersebut berubah ketika memasuki neolithikum. Tempat tinggal manusia sudah menetap atau sedenter. Manusia mulai bergotong royong membangun rumah-rumah panggung sederhana sebagai tempat tinggal. Pemilihan dibukanya pemukiman atau perkampungan yang ditinggali manusia biasanya tidak jauh dari sumber air. Selain itu, dipilihnya suatu wilayah untuk dijadikan pemukiman juga biasanya dekat dengan lahan pertanian. Menetapnya masyarakat di suatu tempat membuat ide-ide keluar dan menghasilkan berbagai kebudayaan. Baik kebudayaan benda maupun non-benda.

Aspek Pekerjaan dan Sosial , Zaman neolithikum menjadi penanda beralihnya “manusia pemburu” menjadi manusia “pembuat”. Artinya “time to say goodbye” pada corak hidup food gathering, serta katakan “welcome” untuk food producing. Ya..pada zaman neolithikum manusianya sudah mengandalkan kegiatan bercocok tanam dan beternak. Tetapi bukan berarti kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan hilang 100 persen.

Kegiatan hunting binatang masih dilakukan di waktu luang, untuk menambah menu konsumsi pada saat itu. Pembagian kerja juga sudah dilakukan. Terdapat perbedaan yang jelas terkait tugas dari anggota masyarakat berdasarkan gender. Laki-laki memiliki tugas menggemburkan tanah, menanam benih tanaman, menggembalakan ternak, membuat peralatan, bergotong-royong membuat tempat tinggal, berburu, dan melindungi anggota kelompok. Sementara, wanita biasanya dibebani untuk memanen tanaman, merawat anak, membuat perhiasan, dan membuat peralatan yang digunakan untuk menyimpan perhiasan.

Ilustrasi kegiatan pada zaman neolithikum, yang laki-laki menggarap tanah sawah secara tradisional dan kaum wanita memanen tanaman pokok, kemungkinan besar itu yang dipanen kalo gak padi ya gandum. Gak mungkin pisang

Aspek ekonomi, Masyarakat zaman neolithikum melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semakin berkembang. Mereka sudah mengenal praktek barter atau tukar menukar barang dengan barang. Praktek tersebut dilakukan antar kelompok yang tempat tinggalnya berbeda karena letak geografis. Misal, masyarakat yang tinggal di pesisir pantai, mereka memiliki stok untuk hasil laut, tetapi membutuhkan produk dari pegunungan seperti sayur, ternak, dan buah-buahan. Begitu juga dengan masyarakat pegunungan, mereka membutuhkan hasil laut untuk mencukupi kebutuhan konsumsi kelompoknya. Lama kelamaan, terjadi relasi antar kelompok masyarakat satu dengan lainnya. Semakin lama, praktek barter menjadi ramai dan digunakan oleh banyak orang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kemudian, antar kelompok masyarakat menyetujui dibuatkan tempat khusus bertemunya  para penukar barang. Hal itulah yang akan memicu tumbuhnya pasar, tempat bertemunya calon pembeli dan penjual.

Aspek kepercayaan , Menetapnya tempat tinggal membuat manusia zaman neolithikum mampu menciptakan ide-ide yang dapat menunjang kebutuhan rohaninya. Mereka mulai menganut sistem kepercayaan roh nenek moyang seperti animisme (kepercayaan bahwa setiap benda memiliki roh atau dihuni oleh roh), dinamisme (kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan gaib), dan totemisme (kepercayaan untuk mengagungkan dan menyucikan makhluk lain selain manusia, biasanya binatang). Efek dari kepercayaan-kepercayaan yang dianut oleh manusia mampu menghasilkan berbagai bentuk kebudayaan yang berkaitan dengan kepercayaan yang dianutnya. Maka tidak heran bahwa zaman neolithikum juga melahirkan zaman Megalithikum.

Alat kebudayaan , Alat-alat dari zaman neolithikum sudah mengalami upgrade-an yang pesat. Dari yang memiliki penampang kasar kemudian berubah menjadi halus dan sempurna. Bahkan alat-alat dari zaman neolithikum menjadi inspirasi di masa-masa mendatang. Selain itu, manusia pendukung zaman neolithikum juga sudah mampu berpikir tentang estetika dan keindahan. Hal ini dibuktikan dengan penemuan perkakas yang terbuat dari batu-batu indah. Selain itu, perhiasan yang terbuat dari batu juga sudah mulai digunakan.

Kebudayaan Kapak Persegi dan Kapak Lonjong, Dua Bentuk yang Berbeda Tetapi Memiliki Ciri Khas yang Sama
Kebudayaan Kapak Persegi diteliti oleh ilmuwan asal Belanda yang bernama van Heine Heldern. Pemberian nama “kapak persegi” dikarenakan penampang dari alat-alat yang terbuat dari batu tersebut memiliki bentuk yang identik dengan persegi panjang dan trapesium.

Om Heine Heldern, berkat jasanya, kita bisa mengetahui kehidupan zaman neolithikum di Indonesia

Diyakini, bahan dasar untuk membuat kapak persegi adalah batu kalsedon yang sudah dihaluskan. Tempat-tempat pembuatan kapak persegi di Indonesia berada di selatan Gunung Ijen, Jawa Timur (Badrika, 2006:73). Penggunaannya sudah meamaki tangkai atau gagang kayu. Fungsi kapak persegi antara lain untuk mencangkul tanah dan menebang pohon. Penyebaran kapak persegi di Indonesia mayoritas ditemukan di Indonesia bagian barat, seperti Sumatra dan Jawa.

Ini dia cikal bakal cangkul. Namanya kapak lonjong. Fungsinya sebagai alat pemotong dan membajak tanah pada zaman neolithiikum

Peta persebaran ditemukannya kapak persegi dan kapak lonjong. Indonesia bagian barat banyak yang kotak-kotak sedangkan wilayah timur mayoritas bulet-bulet

Kapak lonjong, yaitu alat yang terbuat dari dari batu kali maupun batu nefrit yang sudah dihaluskan. Penamaan kapak lonjong disesuaikan dengan penampangnya yang berbentuk lonjong. Kapak lonjong biasanya digunakan untuk keperluan upacara adat.

Kapak lonjong memiliki berbagai variasi ukuran, yang besar disebut walzenbeil dan yang lebih kecil diberi nama kleibeil. Tempat penemuan kapak lonjong mayoritas berada di Indonesia bagian timur seperti kepulauan Tanimbar, Seram, dan Papua.

Kapak lonjong bertangkai. Fungsinya dapat digunakan untuk menenbang kayu. Kemungkinan besar kapak lonjong menjadi cikal bakal dari kampak zaman now

Kesimpulan
Zaman Neolithikum merupakan masa dimana manusia praaksara pada saat itu sudah memiliki tingkat kecanggihan yang luar biasa dalam hidupnya. Dari yang hidupnya berpindah-pindah menjadi menetap, berburu dan mengumpulkan makanan berubah memproduksi makanan (menanam dan memanen),mengenal sistem barter, mampu membuat benda-benda untuk keperluan kepercayaan, dan berevolusinya alat-alat yang belum halus menjadi sangat halus.

Zaman Neolithikum, selain menjadi zaman tercanggih untuk kehidupan menggunakan batu, juga menjadi penanda masuknya zaman logam. Jika tidak ada zaman neolithikum, manusia akan sangat sulit untuk berkembang ke arah yang peradaban yang lebih baik.

Sumber:
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar