Kamis, 09 November 2017

KISAH TRIO GUBERNUR JENDERAL “GATOT” DI TANAH PARA TAHANAN


Setelah Masa kepemimpinan Arthur Phillip berakhir, kekuasaan di New South Wales diambil alih sementara oleh N.S.W (New South Wales) Corps. Arthur Phillip sendiri yang membentuk badan keamanan militer tersebut dengan tujuan menjaga ketertiban di wilayah New South Wales. Anggota N.S.W Corps terdiri dari prajurit dan beberapa perwira Angkatan Laut Inggris. Pengambilalihan kekuasaan membawa berbagai dampak di koloni yang carut-marut itu.

Sejarah mencatat, salah satu efek dari berkuasanya N.S.W Corps yaitu membuat ketiga gubernur pengganti Arthur Phillip gak betah berlama-lama memerintah New South Wales. Oleh sebab itu, pada postingan kali ini penulis akan berbagi kisah terkait “ kegagalan total (gatot)” mengenai tiga gubernur jenderal setelah Arthur Phillip.


Lukisan karya Joseph Stadler yang menggambarkan gagah dan “heroiknya” para prajurit N.S.W Corps. Iya… heroik dengan mempermalukan dan menentang atasannya.




New South Wales Corps, Militer Merangkap Pedagang Sekaligus Politikus
Kantor gubernur koloni New South Wales pada awal Desember 1792 terasa berbeda. Kesunyian melanda bangunan itu. Hal tersebut disebabkan karena sudah tidak ada lagi sosok yang mengisi dan memimpin di balik meja kerja gubernur. Ya.. Arthur Phillip sudah enyah dari New South Wales karena tidak tahan lagi memerintah disana. Ia meminta dipulangkan ke negeri Inggris dengan alasan kesehatan.

Tak jauh dari bangunan kantor gubernur, berdiri bangunan yang penuh dengan simbol-simbol kemiliteran dan dipagari oleh tembok beton. Begitu masuk ke dalam salah satu ruang markas militer itu, tampak suasana sangat ramai. Beberapa laki-laki berpakaian ala militer Inggris seperti; Seragam berwarna merah ( redcoat), sepatu boat putih, dan lencana pangkat di pundak masing-masing sedang saling berargumen siapa yang akan memimpin koloni New South Wales untuk sementara. Mereka yang berargumen dan saling mengunggulkan diri sendiri dibanding lainnya tidak lain adalah para perwira New South Wales Corps, kesatuan militer bentukan Arthur Phillip yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban koloni.

Para perwira N.S.W Corps saling beargumen dan menyatakan dirinya masing- masing yang layak memimpin New South Wales untuk sementara. Hingga salah satu perwira, seorang pria berbadan tambun (lebih cenderung gemuk) dengan perawakan garang tiba-tiba menggebrak meja perundingan. Laki-laki tersebut menyatakan hanya dirinya yang pantas mengambil alih tampuk kekuasaan sementara sampai gubernur baru datang. Unggul dari segi pengalaman, usia, dan ahli menggunakan psy war, membuatnya terpilih menjadi penguasa sementara di New South Wales dengan pangkat Letnan Gubernur. Laki-laki yang dimaksud adalah Mayor Francis Grose, perwira senior yang disegani anggota N.S.W Corps.


Mayor Francis Grose, orang tambun yang mengajarkan bahwa militer tidak hanya bertugas menjaga keamanan wilayah, tetapi juga bisa dagang dan berpolitik

Grose menjabat sebagai caretaker New South Wales sampai gubernur pengganti Phillip tiba di sana. Akan tetapi pada prakteknya, Grose dengan karakter "tangan besi" memberlakukan berbagai kebijakan yang menguatkan posisinya sebagai penguasa sementara. Berbagai kebijakan politik yang ia terapkan antara lain membagi-bagikan tanah koloni kepada para perwira N.S.W Corps.

Setelah tanah dibagikan, Grose memerintahkan para perwira untuk mengerjakan lahan kosong tersebut menggunakan tenaga narapidana. Kekuasaan bercorak militer inilah yang tidak dimiliki oleh Arthur Phillip. Ingat, Phillip pernah mengusulkan kebijakan yang sama, namun ditolak mentah-mentah. Hal itu dikarenakan perwira N.S.W Corps beranggapan mengolah tanah adalah sesuatu yang merepotkan dan tidak efektif. Beda dengan Grose, dengan “tangan besinya”, ia berhasil meyakinkan para koleganya untuk menggarap tanah menggunakan tenaga para narapidana. Pemberian upah kepada narapidana yang bekerja kepada perwira N.S.W Corps bukan menggunakan uang, melainkan dengan rum (sejenis minuman keras).

Pada saat itu, di New South Wales terdapat “kasta” bagi para tenaga kerja. Golongan pertama adalah narapidana yang harus “menebus dosanya” dengan cara bekerja membangun gedung-gedung pemerintah dan fasilitas publik tanpa diberi upah. Golongan pertama ini harus melaksanakn "kerja waib" setiap hari.

Jenis kedua, yaitu narapidana yang dipinjamkan dan “diperjualbelikan” kepada penduduk bebas. Narapidana yang dipinjamkan menjadi tanggung jawab pihak peminjam. Mulai dari kesehatan, pakaian, dan makanan. Upah yang didapat narapidana pada kategori kedua berupa teh, tembakau, dan sedikit uang. Ketika masa tahanan narapidana sudah selesai dan berubah status menjadi penduduk bebas, maka sistem pinjaman pun berakhir.

Kasta ketiga, yaitu tenaga kerja bayaran. Golongan ini terdiri dari American loyalist dan mantan narapidana. Tenaga mereka dibayar oleh pemerintah kolonial New South Wales. Selain itu, golongan  ini juga dapat mendapatkan fasilitas “ticket of leave men”. Artinya mereka bebas bekerja pada pemerintah maupun majikan barunya (Siboro, 1989:38-39).

Ketiga jenis tenaga kerja inilah yang mengerjakan seluruh pekerjaan untuk perkembangan dan kemakmuran koloni News South Wales.

Kebijakan kedua Grose untuk memperkuat kekuasaannya di New South Wales adalah menyuruh para perwira untuk melakukan praktek monopoli perdagangan (Clark, 1986). Para perwira N.S.W Corps membeli barang dari kapal-kapal dagang Inggris dan Amerika Serikat yang berlabuh di Port Jackson. Kemudian menjualnya kepada penduduk koloni dengan harga semau gue sendiri.

Lengkap sudah peran N.S.W Corps. Mereka menjadi tentara yang menjaga keamanan, menjadi bakul alias pedagang untuk menambah pundi-pundi kekayaan, dan mereka juga yang jadi politikus yang bisa mengatur dan memonopoli berbagai kebijakan untuk kepentingan kelompoknya sendiri. Imbasnya, tingkat perekonomian para perwira N.S.W Corps menjadi sangat tinggi. Dari hal tersebut, lahirlah golongan OKB (Orang Kaya Baru) yang didominasi oleh pihak N.S.W Corps.

Salah satu perwira N.S.W Corps yang sangat disegani di koloni tersebut adalah John Mcarthur, pribadi yang memiliki sifat ambisius, mudah tersinggung, pemarah, perfeksionis, akan tetapi memiliki sikap tekun dan jujur. Jika hampir semua teman-temannya mengisi waktu luang dengan nggosip, mabuk, dan ngrasani orang, Mcarthur justru lebih banyak melakukan eksperimen untuk meningkatkan hasil pertanian dan peternakan di New South Wales.

Pada tahun 1800, Macarthur mencapai status sosial yang tinggi, tidak tanggung-tanggung, ia memiliki lahan perkebunan seluas 250 akre (Siboro, 1989:38). Kebun yang ia beri nama Elizabeth Farm sukses ditanami anggur, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Selain itu, Macarthur juga mengembangkan peternakan domba, babi, sapi, dan ayam. Bahkan di kemudian hari, John Macarthur menjadi pionir produksi wol di negeri kangguru tersebut. Akan tetapi sikapnya yang terlalu ambisius menyebabkan Mcarthur sering berselisih paham dengan tiga gubernur New South Wales. Mulai dari kepemimpinan John Hunter, Ledley King, hingga William Bligh.



Lukisan John Macarthur. Perwira ambisius yang menggeluti dunia perdagangan hingga dijuluki bapak wol-nya Australia

Keadaan New South Wales yang dikuasai oleh N.S.W Corps membuat Francis Grose selaku “gubernur sementara” semakin menancapkan pengaruh agar kedudukan para perwira semakin kuat. Kegiatan monopoli semau gue marak dilakukan. Hasil perkebunan yang melimpah dijual ke pemerintah Inggris dan kapal-kapal dagang yang bersinggah di New South Wales. Apabila gubernur pengganti Phillip sudah tiba, maka kekuasaan para perwira N.S.W Corps akan berakhir. Oleh sebab itu, Francis Grose dan koleganya selalu menentang setiap kebijakan yang dibuat oleh gubernur baru di koloni tersebut. Hal seperti itulah yang nantinya akan dialami tiga gubernur pengganti Arthur Phillip.

Kapten John Hunter, Korban Politik New South Wales Corps
Tahun 1795, pelabuhan Port Jackson, New South Wales terlihat lebih ramai dari biasanya. Para prajurit N.S.W Corps berbaris rapi di dekat sebuah kapal berbendera Union Jack yang berlabuh disana. Tak ketinggalan para perwira berstatus sosial tinggi seperti Francis Grose dan John Macarthur juga terlihat menyambut seseorang. Orang yang disambut akan menjadi atasan mereka. Orang yang akan membuat Francis Grose lengser dari jabatannya. Seorang lelaki tua dan memiliki rambut berawarna perak (putih maksudnya) dengan seragam dinas khas pemerintah Inggris turun dari kapal.

Para perwira dan prajurit N.S.W Corps merasa tidak asing dengan sosok tersebut. Laki-laki yang disambut itu tidak lain adalah Kapten John Hunter. Perwira militer yang pernah datang ke New South Wales pada tahun 1788 untuk mengawal Arthur Phillip. Kali ini, John Hunter datang kembali bukan sebagai perwira militer, melainkan gubernur yang akan memerintah dan mengelola koloni New South Wales. Koloni yang sudah terjangkit virus monopoli perdagangan dari para perwira N.S.W Corps.


John Hunter, gubernur kedua yang memerintah New South Wales. Kasihan dan apes sekali nasibmu mbah-mbah, tidak didukung oleh bawahannya sendiri

Setelah acara penyambutan selesai dilaksanakan. Hunter segera menempati ruang kerja Arthur Phillip. Tugas dia sangat berat. Yakni merevitalisasi kembali koloni yang sudah hampir 3 tahun tidak diperintah oleh Gubernur resmi dari pemerintah Inggris.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Hunter untuk merestorasi keadaan New South Wales sesuai dengan titah dari pemerintah Inggris antara lain dimulai dari usahanya mengurangi pengaruh N.S.W Corps di dalam koloni dan mengatur lalu lintas perdagangan rum. Hal tersebut mengindikasikan tugas utama Hunter adalah memberantas monopoli perdagangan yang dilakukan oleh N.S.W Corps.

Para perwira N.S.W Corps jelas ngamuk. Terutama para perwira tinggi seperti Francis Grose dan John Macarthur. Kenikmatan dan kekuasaan yang mereka bangun selama tiga tahun itu terancam dihentikan oleh orang kemarin sore, yaitu John Hunter. Ibarat ada cowok A suka sama cewek, si cowok A ini sudah rela berkorban demi mendapatkan cintanya si cewek…tiba-tiba datang cowok B yang akan merebut si cewek. Jelaslah si cowok A ngamuk dan gak terima.

Analogi tersebut sangat cocok dengan keadaan yang menimpa para perwira N.S.W Corps. Mereka bekerjasama menentang kebijakan John Hunter. Bahkan para perwira N.S.W Corps wadul alias mengadu kepada pemerintah Inggris bahwa kepemimpinan John Hunter dirasa membuat perkembangan koloni New South Wales mengalami kemunduran.

Pemerintah Inggris termakan isu yang dibuat oleh N.S.W Corps, sehingga pada tahun 1800, setelah lima tahun memimpin koloni yang tidak mendukungnya sama sekali, Hunter diminta kembali ke Inggris dan pemerintah menunjuk Philip Gidley King sebagai penggantinya.

Philip Gedley King, Gubernur Kedua yang Dipermalukan New South Wales Corps
Era kepemimpinan John Hunter sudah berakhir. Kini giliran Philip Gidley King yang akan memerintah di New South Wales. Gidley “King” akan menjadi “raja” yang mengemban misi untuk merevitalisasi segala bidang di New South Wales. Kedatangan King pada tahun 1801-an kurang disenangi oleh para petinggi N.S.W Corps. Alasannya sederhana, para perwira yakin tugas utama Gedley King tidak jauh berbeda dengan John Hunter, yakni berusaha melemahkan posisi N.S.W Corps. Oleh karena itu, untuk kedua kalinya para militer sekaligus merangkap pedagang itu merencakan usaha bersama untuk menggulingkan pemerintahan King secepat mungkin.


Potret lukisan Gubernur Philip Gedley King dan keluarganya. Terlihat keluarga bahagia. 
Sayang King tidak mengikuti aturan “dua anak lebih baik”

Kedatangan King segera dirasakan dampaknya, terutama para perwira N.S.W Corps. Pelan tapi pasti, King mampu membatasi kekuasaan Francis Grose dan kawan-kawannya. Selain itu, ia juga dapat membatasi peredaran rum (sejenis minuman keras)  yang sudah mendarah daging bagi kehidupan masyarakat koloni itu. Hal tersebut menyebabkan King tidak disukai oleh mayoritas penduduk koloni dan tentu saja pihak N.S.W Corps. Bahkan John Macarthur pernah bertengkar hebat dengan dirinya.

Permasalahan yang dihadapi oleh King tidak hanya dari dalam, melainkan juga dari luar. Pada masa pemerintahannya, keberadaan Australia sudah diketahui oleh rival abadi Inggris, yaitu Perancis. Pemerintah Perancis sudah melakukan pelayaran di pantai selatan Australia pada tahun 1803. Melihat kegiatan yang dilakukan oleh Perancis, Pemerintah koloni New South Wales dan kerajaan Inggris merasa khawatir jika nantinya negeri Napoleon itu juga berniat membuka koloni di Australia.

King langsung bergerak cepat untuk mengambil langkah yang perlu dilakukan. Ia memerintahkan Kapten David Collins, salah satu perwira yang setia kepadanya untuk membuka pemukiman baru di Port Phillip, bagian selatan Australia. Tujuan didirikannya pemukiman baru tersebut adalah untuk  memperkuat kedudukan Inggris di Australia dan menghalau Perancis untuk membuka koloni,

Selain memerintahkan Kapten David Collins untuk membuka pemukiman di Port Phillip, Gubernur King juga mengirimkan segerombolan narapidana, beberapa tentara berpangkat rendah, dan sebagian kecil American loyalist yang dipimpin oleh Sersan Patterson untuk membuka pemukiman baru di Derwent (Siboro, 1989:42).

Kota Derwent, dulunya merupakan pemukiman koloni untuk menahan invasi Perancis di Australia. Sekarang malah jadi kota kecil yang modern

Ancaman dari Perancis untuk sementara sudah bisa diatasi oleh King, namun bukan berarti hal tersebut dapat membuatnya santai. Satu masalah selesai, muncul masalah lainnya. Yaitu ancaman dari dalam penjara New South Wales. Sejak akhir tahun 1790-an, penjara di New South Wales dihuni oleh para tapol (tahanan politik) dari Irlandia yang berjumlah lebih dari 1000 tahanan.

Orang-orang Irlandia menganut keyakinan berbeda dari orang Inggris. Mayoritas Mereka memeluk keyakinan Kristen Katolik, sementara rakyat Inggris sendiri mayoritas memilih sebagai Kristen Protestan untuk pegangan hidupnya. Pergesekan politik dibalut dengan konflik agama itulah yang melahirkan sentimen kebencian diantara kedua belah pihak.

Puncak kebencian itu dituangkan dalam bentuk pemberontakan. Pada bulan Maret tahun 1804, seorang tapol bernama William Johnston membujuk rekan-rekannya yang berasal dari Irlandia untuk melakukan kudeta terhadap kekuasaan King dan N.S.W Corps. Dipersenjatai dengan alat-alat seadanya, gerombolan “gila” ini memiliki rencana untuk meluluhlantakkan ibukota New South Wales, yaitu Sydney, tempat gubernur dan markas N.S.W Corps berada.

Gedley King yang mengetahui kabar tersebut langsung bergerak cepat. Jika ada pemberontakan seperti itu, yang mampu memadamkan hanyalah pihak militer, dalam hal ini yang dimaksud King adalah New South Wales Corps. Akan tetapi, bagaimana cara King meyakinkan para perwira N.S.W Corps agar mau berjuang bersama mematahkan pemberontakan yang dilakukan para revolusioner dari Irlandia? King cukup cerdas, ia menciptakan musuh bersama bagi koloni Inggris, yaitu para pemberontak Irlandia. Hal ini cukup efektif membuat para perwira N.S.W Corps mau menurunkan sebagian kecil kekuatan militernya yang dipimpin oleh Letnan George Johnston untuk meredam pemberontakan.

Hasilnya, pertempuran yang tercatat dalam sejarah pada tahun 1804 dengan nama “Castle Hill Convict Rebellion” meletus dengan hasil kemenangan dipihak pemerintah kolonial. Pemberontakan berhasil dipadamkan. Pemimpin pemberontak, William Johnston dijatuhi hukuman gantung. Sementara yang masih bertahan hidup dikirim ke daerah Newcastle untuk “menebus dosa” dengan cara kerja rodi dari pagi sampai malam di pertambangan. Secara fisik, pemberontakan memang berhasil dipatahkan, akan tetapi pengaruhnya ikut mewarnai kehidupan di New South Wales pada masa berikutnya (Portus, 1957).



Lukisan yang memperlihatkan pertempuran di Castle Hill. Jelas lah dimenangkan oleh pemerintah kolonial Inggris yang menggunakan tentara professional. Sedangkan pemberontak Irlandia? Yah….kemampuan mereka seperti ala ala gaya tawuran seperti kids jaman now


Letnan George Johnston, pemimpin pasukan New South Wales yang ditugasi menumpas pemberontakan narapidana Irlandia tahun 1804

Bagi King sendiri, pemberontakan yang dilakukan oleh para narapidana Irlandia membuat bebannya semakin berat. Ditambah sikap dingin dan acuh dari para perwira N.S.W Corps membuatnya mengambil keputusan. Ia memutuskan pengajuan pengunduran dirinya sebagai gubernur New South Wales. Akhirnya, pada pertengahan tahun 1806, kekuasaan King berakhir. Senyum sumringah tentunya menghiasi para petinggi N.S.W Corps karena gubernur kiriman dari Inggris tidak mampu membuat kekuasaan mereka hilang di New South Wales.

Philip Gedley King, menambah daftar nama sebagai gubernur yang berhasil dipermalukan oleh N.S.W Corps.

William Bligh, Datang Untuk Ditangkap dan Ditendang




William Bligh, gubernur yang pernah merasakan sensasi terombang-ambing hingga berbulan-bulan di samudera Pasifik

Semenjak gagalnya dua gubernur yang diberi tugas untuk mengatur koloni New South Wales, pemerintah Inggris kemudian menyadari bahwa selama kekuasaan para perwira N.S.W Corps tidak diberantas, koloni New South Wales akan sulit berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, pemerintah Inggris lebih selektif jika akan mengirimkan gubernur disana. Pilihan akhirnya jatuh kepada Kapten William Bligh, seorang perwira yang sudah memiliki reputasi bagus karena mampu bertahan di samudera Pasifik hanya menggunakan sampan kecil hingga berbulan-bulan dan mampu kembali ke Inggris dengan selamat. Melihat track record-nya yang gemilang dan greget itu, pemerintah Inggris sangat yakin Bligh mampu mengatasi masalah yang ada di New South Wales.

Tahun 1806, Bligh pun tiba di New South Wales. Misi utama Bligh adalah menyelesaikan masalah peredaran rum yang menjadi sumber praktek korupsi serta membatasi kekuasaan para perwira N.S.W Corps. Tugas yang tidak mudah memang. Akan tetapi, Bligh yakin ia bisa menyelesaikan apa yang diperintahkan kerajaan kepadanya.

Akan tetapi, tantangan nyata di lapangan segera dihadapi oleh Bligh. Penolakan dan minimnya dukungan dari N.S.W Corps terkait program-program yang akan diterapkannya membuat Bligh kecewa. Ditambah dengan wataknya yang keras dan kurang bijaksana, menyebabkan ia sering bertengkar dengan salah satu petinggi N.S.W Corps, yaitu John Mcarthur. Pas sudah, dua orang keras kepala, saklek,  dan sulit diajak bercanda tetapi berbeda kepentingan saling bertemu. Hasilnya, ya hampir di setiap kesempatan yang ada, kedua belah pihak saling maido (mengumpat) dan menebar kebencian.

Saat itu, posisi John Mcarthur sudah menyandang status sebagai orang yang sangat kaya di New South Wales. Kebun dan ternaknya sukses besar dan menjadi role model bagi penduduk di koloni tersebut.

Membangkang dan tidak adanya rasa respek dari Mcarthur terhadap dirinya membuat Bligh naik pitam. Tanpa mempertimbangkan dampaknya, Bligh mengambil keputusan yang terburu-buru. Ia memerintah penangkapan Mcarthur dan menjebloskannya di penjara. Tentu saja hal ini membuat N.S.W Corps marah besar. Coba bayangkan, orang yang sangat berpengaruh dan dihormati di kelompok dimasukkan ke penjara oleh “orang kemarin sore yang baru datang”.



Potret lukisan yang menggambarkan penangkapan John Mcarthur oleh gubernur Bligh. “ Siape lu berani nangkap gue, orang kemarin sore saja belagu, belum tahu dia kalo gue punya bekingan besar di belakang”..mungkin itu gumam Mcarthur

Merasa dihina karena salah satu petingginya ditangkap, pada tanggal 26 Januari 1808, N.S.W Corps mengirimkan satu pasukan kecil di bawah pimpinan George Johnston. Pasukan tersebut berbaris menuju tempat kediaman Bligh. Sesampainya di tempat sang gubernur, pasukan N.S.W Corps menjadi brutal. Mereka menangkap dan menyeret Bligh dari kamar tidurnya.

Bligh kemudian dipecat secara sepihak dari jabatannya sebagai gubernur. sementara John Mcarthur dibebaskan dari penjara. Peristiwa kemenangan pihak N.S.W Corps sekaligus penangkapan William Bligh dikenal dengan nama “Rum Rebellion”. Penamaan “ Rum Rebellion” berasal dari pertengkaran Bligh dan Mcarthur terkait peredaran rum yang tidak terkendali di New South Wales.


Lukisan ngenes yang menggambarkan gubernur Bligh diseret dari kamar tidurnya oleh sekelompok pasukan yang sakit hati kepadanya. Penangkapan Bligh dikenal dengan peristiwa “pemberontakan minuman keras”

Peristiwa penangkapan Bligh menambah daftar “kemenangan” pihak N.S.W Corps. Mereka sukses mempermalukan Hunter, menendang King, dan menghina Bligh.

Akan tetapi, masa kejayaan N.S.W Corps tidak akan berlangsung selamanya. Sama seperti siklus sejarah, tidak ada kejayaan yang abadi di dunia ini. Nantinya semua berubah ketika sosok bernama Jendral Lachlan Macquarie datang…..

Sumber:
1. Clark, Manning. 1986. A Short History of Australia. Ringwood, Victoria: Penguin Books Australia Ltd.
2. Portus, Garnet Vere. 1957. Australia Since 1606 A History for Young Australians. Melbourne:                Oxford  University Press.
3. Siboro, Julius. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd

Baca Juga:
Mengenal Penduduk Asli Benua Australia

Kisah Para Penjelajah Negeri Tiga Singa di Australia

2 komentar:

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    BalasHapus
  2. Sumber rujukan juga sebaiknya dicantumkan, agar blog ini bisa bermanfaat untuk rujukan pembuatan makalah siswa atau mahasiswa s1

    BalasHapus