Sebagai warga Negara Indonesia, kita (saya, anda, pembaca) harus bangga
dengan masa lampau yang ditorehkan oleh nenek moyang. Warisannya begitu luar biasa yang berisi informasi-informasi penting sehingga
generasi kita di abad milenial mampu mengetahui bagaimana kehidupan puluhan ribu tahun lalu. Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno dalam pidatonya pernah mengatakan
bahwa Jangan sekali-kali melupakan sejarah...
Ilustrasi kehidupan zaman megalithikum. Tanpa tulisan, masyarakat pada saat itu sudah mampu membuat bangunan besar dari batu. Sungguh menakjubkan
Salah satu mahakarya nenek moyang bangsa Indonesia pada masa praaksara yaitu mampu membuat
benda-benda berukuran besar yang digunakan untuk keperluan kepercayaan. Padahal saat
itu, kehidupannya belum mengenal tulisan, tapi sudah mampu membuat
benda-benda berukuran raksasa, sungguh menakjubkan. Zaman yang penulis
maksud dari kalimat diatas disebut Megalithikum Era…
Megalithikum, Bukti Manusia Praaksara Percaya Pada Hal Gaib
Zaman Megalithikum (Mega: Besar; Lithos: Batu) merupakan
masa dimana manusia praaksara sudah mampu membuat bangunan-bangunan besar yang
terbuat dari batu. Melalui bangunan-bangunan yang dibuat itulah,
masyarakat praaksara mampu menyalurkan kebutuhan spiritualnya.
Kapan manusia praaksara mampu membuat bangunan-bangunan besar tersebut?
jawaban yang pasti ketika mereka telah mengenal sistem bercocok
tanam dan bertempat tinggal menetap, yaitu sekitar 2000-1500 Sebelum Masehi
(Gunawan, Restu 2016:49). Masa Bercocok tanam membuat masyarakat praaksara
sudah memiliki struktur hidup bermasyarakat.
Melalui hidup yang sudah sedenter (menetap), manusia memiliki banyak waktu luang untuk menyalurkan ide-idenya sembari menunggu masa panen tanaman. Salah satu ide-ide tersebut menyangkut bagaimana cara menghormati orang yang telah meninggal dan memuja "roh-roh" di sekitar tempat tinggal mereka saat itu.
Melalui hidup yang sudah sedenter (menetap), manusia memiliki banyak waktu luang untuk menyalurkan ide-idenya sembari menunggu masa panen tanaman. Salah satu ide-ide tersebut menyangkut bagaimana cara menghormati orang yang telah meninggal dan memuja "roh-roh" di sekitar tempat tinggal mereka saat itu.
Indonesia memiliki tujuh jenis bangunan zaman Megalithikum yang
tersebar di berbagai wilayah. Ketujuh bangunan tersebut antara lain: menhir, dolmen,
sarkofagus, kubur batu, waruga, punden brundak-undak, dan arca.
a.
Menhir
Menhir merupakan bangunan berupa tugu batu besar berbentuk lonjong dan
panjang. Berasal dari Ancient English, yaitu Maen
=Batu; Hir=Panjang. Menhir biasanya didirikan sendirian (monolith)
maupun berkelompok di tempat tinggi daripada pemukiman yang dihuni masyarakat manusia
praaksara.
Kompleks menhir yang ditemukan di Toraja. Batu macam gini pada zaman megalithikum memiliki fungsi dan pengaruh luar biasa
Fungsi dari menhir saat itu sebagai media pemujaan kepada roh
nenek moyang. Ide terbentuknya menhir berasal dari keyakinan bahwa
orang yang telah meninggal kadang menanmpakkan diri di sekitar pemukiman
penduduk, dengan kata lain bergentayangan. Roh orang yang "jalan-jalan"
tersebut kemudian menghilang di dekat batu besar. Mulai dari hal
tersebutlah muncul keyakinan bahwa ternyata "roh" orang yang telah meninggal menghuni
batu besar…dan dari situlah muncul konsep pembuatan menhir. Orang
yang telah meninggal dianggap masih sering bersliweran di sekitar
masyarakat praaksara dan dipercaya bisa dimintai tolong apabila rohnya
dipuja.
b.
Dolmen
Dolmen atau meja batu tempat meletakkan sesaji kepada roh nenek moyang. Ditemukan di Situs Cipari, Kuningan, Jawa Barat
Meja. Ya…dolmen merupakan bangunan Megalithikum berbentuk meja yang terbuat
dari batu. Ditopang oleh tiang-tiang batu dan di atasnya diberi penampang.
Penampang inilah yang digunakan untuk meletakkan sesaji. Pemberian sesaji
dimaksudkan agar roh nenek moyang merestui kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat saat itu. Jika dilihat fungsinya, pemberian sesaji seperti
sedekah bumi. Yaitu pengungkapan rasa syukur akan panen yang melimpah.
Dolmen gak hanya ditemukan di Indonesia. Dolmen raksasa ini berada di Negara Irlandia. Hmm.. kalo lagi hujan deras bisa dipake buat tempat berteduh sepertinya
Dolmen tidak hanya ditemukan di Indonesia, di belahan bumi lainnya seperti
Negara Irlandia dan Inggris juga ditemukan dolmen dengan ukuran yang luar biasa
besarnya. Sementara penemuan dolmen di Indonesia ditemukan di daerah Sumbawa dan
Lampung Barat.
c.
Sarkofagus
Tahu peti mati? Tempat yang digunakan untuk menyimpan jenazah? Nah,
sarkofagus adalah bentuk purba dari peti mati. Sarkofagus terbuat dari batu
tunggal yang tengahnya diberi rongga untuk meletakkan jenazah orang
meninggal kemudian diberi penutup di atasnya.
Sarkofagus, peti mati jaman stone. Biasanya disertakan juga bekal kubur yang dipercaya masyarakat praaksara akan mempermudah perjalanan orang meninggal ke alam baka
Kata "sarkofagus" berasal dari bahasa Yunani, sarx berarti daging
dan phagein adalah memakan. Hal itu seolah-olah menggambarkan
orang yang telah meninggal "dimakan" oleh sarkofagus. Bila peti mati
dikuburkan di dalam tanah, sarkofagus dipercaya hanya diletakkan di atas
permukaan tanah. Pulau Bali merupakan wilayah di Indonesia yang banyak ditemukan
sarkofagus sampai saat ini.
d.
Kubur Batu
Sesuai dengan namanya, kubur batu merupakan tempat meletakkan jenazah orang
yang telah meninggal. Bentuknya hampir mirip dengan sarkofagus, akan tetapi
sisi-sisinnya terbuat dari batu yang lebih tipis dan ditutup dengan
penutup. Setelah itu, peti dikuburkan di dalam tanah. Cara
penguburan itulah yang membedakan dengan sarkofagus.
Kubur batu yang ditemukan di Bojonegoro, hampir sama seperti sarkofagus, tapi yang ini lebih bermodel minimalis
Biasanya dalam proses
pemakaman disertai pula bekal kubur yang dipercaya akan memudahkan
perjalanan orang meninggal ke alam barzah. Provinsi Sumatera Selatan dan
Jawa Timur merupakan dua wilayah yang banyak ditemukan bangunan kubur batu
di Indonesia.
e.
Waruga
Waruga merupakan unique tomb. Makam praaksara tersebut berbentuk
kubus dan penutupnya berbentuk trapesium atau segitiga. Kubus tersebut di
tengahnya sudah diberi ruangan untuk meletakkan jenazah. Hah? Meletakkan
jenazah di dalam kubus? Iya..pembaca tidak salah membaca. Jenazah yang
dimasukkan ke dalam kubus posisinya tertekuk. Jadi lutut mencium wajah.
Kemudian setelah jenazah berhasil dimasukkan, ditutup dengan atap yang berbentuk segitiga. Waruga merupakan bangunan megalithikum khas daerah Minahasa, Sulawesi
Utara.
Kompleks waruga di Minahasa, hmm.. penulis tidak bisa membayangkan bagaimana jenazah yang meninggal dimasukkan ke dalam kubus itu dengan kondisi tertekuk
Bahkan praktek penguburan menggunakan waruga masih dilakukan sampai tahun
1870 sebelum pemerintah Kolonial Belanda melarangnya. Alasan pelarangan
karena sistem penguburan menggunakan waruga membawa wabah penyakit disentri
dan kolera. Lalu apa hubungannya dengan waruga? Jelas ada..penyebaran kedua
penyakit mematikan tersebut terjadi melalui celah kecil rongga-rongga
waruga. Ditambah lagi, waruga diletakkan di atas permukaan tanah dan dibuat
berkelompok. Meskipun begitu, waruga merupakan salah satu bukti bahwa nenek
moyang dulu sudah mengetahui cara memperlakukan orang yang sudah meninggal.
f.
Punden berundak-undak
Para pembaca pasti sudah tahu ikon bangunan dari Indonesia, yaitu
Candi Borobudur yang merupakan peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Nah,
Candi Borobudur memiliki bentuk yang bertingkat-tingkat untuk bisa sampai ke puncaknya.
Begitu juga dengan "pendahulunya" Candi Borobudur, yaitu punden
berundak-undak.
Punden berundak-undak yang ditemukan di Jawa Barat. Seperti embrio dari candi-candi yang ada di jaman sekarang.
Punden Berundak-Undak memiliki filosofi hidup dimana orang yang telah meninggal dianggap menempati posisi puncak.
Punden Berundak-Undak memiliki filosofi hidup dimana orang yang telah meninggal dianggap menempati posisi puncak.
Punden Berundak-undak merupakan bangunan megalithikum yang dibuat
bertingkat-tingkat dari batu. Biasanya Punden berada di perbukitan. Pada
puncak bangunan terdapat menhir untuk dipuja. Hal ini mencerminkan bahwa
orang yang telah meninggal sudah menempati tingkatan paling tinggi dan suci
(puncak punden berundak-undak) daripada yang masih hidup. Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan dua spot yang banyak
ditemukan situs Punden Berundak-undak di Indonesia.
g.
Arca
Arca adalah bangunan terbuat dari batu yang biasanya dibentuk figur
binatang dan manusia. Figur yang dibuat tersebut biasanya dianggap suci,
hebat, dan pantas diabadikan pada kelompok masyarakat tersebut. Sementara binatang
yang dibuat arca di Indonesia biasanya kera, harimau, gajah, kerbau dan sapi.
Arca yang memperlihatkan kombinasi manusia dan binatang yang dianggap suci. Terlihat gajah sedang "menggendong" manusia. Belalainya gak kelihatan lagi karena sudah terkikis oleh waktu.
Sedangkan figur manusia biasanya adalah kepala suku atau orang yang
dianggap berjasa di kelompok tersebut. Arca banyak ditemukan di daerah
Sumatera Selatan dan Jawa Tengah.
Kesimpulan
Nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal bagaimana memperlakukan orang
meninggal dan memuja roh melalui bangunan-bangunan megalithikum. Pesan
moral yang bisa diperoleh dari mempelajari warisan zaman Megalithikum
adalah hidup hanya sebentar. Semua makhluk hidup termasuk manusia pasti
akan menemui yang namanya kematian. Oleh karena itu, kesempatan hidup
sebaiknya dimanfaatkan dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi orang
lain. Niscaya, jika menjalani hidup dengan melakukan hal-hal baik, pintu
rezeki, hubungan sosial dengan orang lain, dan kenyamanan hati akan
didapatkan. Serta yang paling penting adalah menjadi bekal utama jika kelak
akan berhadapan dengan Yang Maha Kuasa untuk mempertanggungjawabkan segala
perbuatan semasa masih hidup.
Sumber:
Restu, Gunawan.2013. Sejarah Indonesia SMA/MA/SM/MAK Kelas X. Jakarta: Kemendikbud.
Restu, Gunawan.2013. Sejarah Indonesia SMA/MA/SM/MAK Kelas X. Jakarta: Kemendikbud.
Oleh:
Baihaqi Aditya, S,Pd.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus