Atheisme atau tidak mempercayai adanya keberadaan Tuhan menjadi pembahasan
yang menarik. Negara-negara berpaham barat sudah menganggap atheisme
sebagai hal lumrah karena itu menyangkut dengan kebebasan dan keyakinan
individu. Akan tetapi, di Negara-negara yang berkiblat timur, khususnya
Indonesia, atheisme menjadi hal yang sensitif untuk dibahas. Meskipun pada
kenyataannya, orang Indonesia ada sebagian kecil yang memilih atheis
sebagai pegangan hidup. Biasanya kelompok seperti itu menyembunyikan
identitasnya karena takut dikucilkan dan dibenci oleh masyarakat.
Terlihat mbah-mbah berjanggut dan berambut perak sedang memimpin ritual kepercayaan bagi penduduk desa
Perlu diketahui bahwa agama, kepercayaan, dan atheisme adalah tiga hal yang
berbeda.
Agama merupakan pedoman hidup untuk manusia agar hidupnya dapat
tertata dengan baik. Agama memiliki Tuhan maupun Dewa yang dipercaya memiliki kontrol penuh terhadap alam semesta dan makhluk hidup di dalamnya,
selain itu, di dalam agama juga terdapat kitab suci dan sosok yang dijadikan
panutan.
Sedangkan sistem kepercayaan adalah keyakinan akan adanya kekuatan
di luar kemampuan manusia tetapi tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat.
Biasanya sistem kepercayaan berkaitan dengan roh nenek moyang dan kekuatan
gaib. Meskipun sistem kepercayaan belum sampai tahap meyakini adanya Tuhan,
tetapi sudah percaya bahwa kekuatan gaib itu ada dan mampu mempengaruhi
hidup yang mempercayainya.
Sementara atheisme menolak paham agama dan sistem kepercayaan. Para
penganut atheisme percaya bahwa logika adalah segalanya. Jika tidak bisa dijelaskan secara logika berarti itu kebetulan. Atheisme menolak keberadaan
Tuhan dan adanya kekuatan gaib. Intinya para penganut ini tidak menganut
sistem kepercayaan, apalagi agama.
Padahal jika kita belajar dari masa lampau umat manusia Indonesia ribuan
tahun yang lalu, sudah terdapat sistem kepercayaan. Artinya orang-orang
yang belum mengenal tulisan dan berperadaban sederhana saja sudah percaya
akan adanya kekuatan gaib. Masa’ jaman now manusia nya
yang “katanya” sudah modern dan maju menyangkal adanya hal-hal seperti itu?
Memang sih itu hak mereka, tapi penulis rasa atheisme justru
menjadi kemunduran bagi umat manusia. Terutama di Indonesia.
Awal Munculnya Sistem Kepercayaan Masa Praaksara
Manusia praaksara mulai mengenal sistem kepercayaan pada masa food gathering melalui pemakaman sederhana kepada anggota
kelompoknya yang sudah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu
sudah memiliki rasa berduka dan memberikan penghormatan terakhir kepada
orang yang sudah meninggal (Badrika, 2006:102).
Berawal dari anggota masyarakat yang is death, lahirlah kepercayaan terhadap roh nenek moyang
Kemungkinan besar, selain
memberikan penghormatan terakhir, bisa jadi pemakaman dikarenakan alasan
yang logis dan sederhana. Contoh: Sekelompok manusia praaksara yang hidup
di gua, melihat salah satu anggotanya terlelap tidur berhari-hari. Awalnya
mereka cuek bebek, tapi lama kelamaan kok dari anggotanya
yang “tertidur” mengeluarkan bau tidak sedap. Lalu timbul ide sederhana
untuk menghilangkan bau itu, yaitu dengan menguburkan anggota yang bobo selamanya tadi ke dalam tanah agar baunya hilang sekaligus
menyadarkan anggota yang lain bahwa temannya yang tidur lama itu sudah wassalam.
Pada masa food producing, termasuk zaman neolithikum,
megalithikum, dan zaman logam, sistem kepercayaan manusia praaksara
mengalami upgrade-an. Mereka sudah bertempat tinggal menetap, sehingga bisa
mengeluarkan banyak ide dan gagasan. Ide-ide tersebut kemudian dituangkan dalam aksi yang nyata.
Misalkan membangun bangunan-bangunan pemujaan untuk roh nenek moyang.
Masyarakat praaksara menganggap orang meninggal rohnya akan pergi ke suatu
tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Sehingga sewaktu-waktu roh
orang tersebut dapat dipanggil dan dimintai tolong seperti mengusir wabah,
memberikan keberkahan, dan nasehat-nasehat. Nah, dari hal seperti intulah
nantinya akan muncul sistem kepercayaan yang dibuat dan diyakini oleh
manusia praaksara. Seperti animisme, dinamisme, dan totemisme.
a.
Animisme
Animisme, kepercayaan yang mempercayai bahwa benda-benda tertentu dihuni oleh roh. Terlihat anggota masyarakat praaksara yang sedang berceloteh kepada anggota lainnya tentang ya kemungkinan besar berkaitan dengan penampakan roh
Kepercayaan bersifat animisme muncul dari pengalaman masyarakat praaksara
yang tempat tinggalnya sudah menetap. Misalnya, di sekitar tempat tinggal
manusia terdapat batu besar yang berdiri tegak. Siang dan malam masyarakat
yang melewati batu tersebut seperti mendengar bisikan dan yang sumbernya
berasal dari batu. Setelah dilihat ke arah batu tersebut, ternyata tidak
ada siapa-siapa disana. Dari pengalaman seperti itulah kemudian masyarakat
praaksara meyakini bahwa benda (dalam contoh disebutkan batu) memiliki roh
atau jiwa sehingga harus dipuja.
Dari pernyataan di atas maka dapat diartikan bahwa animisme merupakan
kepercayaan masyarakat praaksara yang meyakini bahwa benda memiliki roh
atau jiwa. Memuja benda-benda yang dianggap memiliki roh akan membantu
kehidupan masyarakat sekitar. Bahkan kepercayaan animisme masih berkembang
sampai sekarang karena sudah menjadi tradisi yang diturunkan turun temurun
dan secara kebetulan maupun tidak kebetulan, harapan dan keinginan si
pemuja benda itu tak jarang menjadi kenyataan. Hal tersebutlah yang membuat
kepercayaan animisme tumbuh subur bahkan sampai di kota-kota besar.
b.
Dinamisme
Hanya di Indonesia, pohon besar yang rimbun selalu identik dengan kekuatan mistis. Salah satunya dipercaya memiliki kekuatan gaib sehingga menarik banyak orang mencari wangsit di tempat-tempat tersebut
Tidak jauh beda dengan animisme, pada masa praaksara juga berkembang
dinamisme. Kepercayaan tersebut meyakini bahwa benda tertentu memiliki
kekuatan gaib. Dinamisme berkembang pada masa food producing
ketika manusia sudah memilih tempat tinggal menetap. Misalkan, sebuah
cincin diyakini memiliki kekuatan gaib. Siapa yang memakai cincin tersebut
tingkat kepedeannya naik drastis karena barang itu dianggap
membawa kekebalan bagi penggunanya.
Selain itu, benda-benda pusaka seperti tombak dan pedang juga dianggap
memiliki kekuatan gaib sehingga kadang digunakan sebagai ritual untuk
memohon turunnya hujan. Hal tersebut terus dilestarikan sampai saat ini
meskipun zaman sudah berubah.
c.
Totemisme
Pada kebudayaan Suku Indian, posisi manusia ada di bawah burung elang. Masa' manusia kalah sama burung? Itu memang kepercayaan dan tradisi disana, jadi harus dihormati.
Selain manusia, ada makhluk lain yang hidup di dunia ini. Seperti binatang
dan tumbuhan. Pada masa praaksara, terdapat sekelompok manusia yang
mengagungkan makhluk di luar manusia. Bisa binatang maupun tumbuhan. Nah,
mereka yang mengagungkan dan memuja binatang maupun tumbuhan disebut
memiliki kepercayaan totemisme.
Biasanya binatang yang dianggap suci memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan
masyarakatnya. Contoh :Beberapa suku Indian yang ada di wilayah Amerika
memuja burung elang sebagai “dewa” mereka. Sedangkan di Indonesia, Papua
dan Bali adalah tempatnya sisa-sisa keeprcayaan totemisme masih
dipraktekkan sampai saat ini.
Kesimpulan
Ternyata masa praaksara, masa yang katanya disebut sebagai jaman “ndeso”
dan kuno justru menyimpan berbagai sisi menarik untuk diketahui. Salah
satunya sudah mempercayai akan adanya kekuatan lain di luar nalar dan
kemampuan manusia. Kekuatan gaib itu membuktikan bahwa manusia tidak boleh
sombong dan tinggi hati. Seperti kata pepatah “masih ada langit di atas
langit”.
Jika nenek moyang manusia saja sudah mempercayai bahwa manusia itu “kecil”,
kenapa sebagian kecil golongan manusia zaman sekarang yang katanya
mengagungkan logika malah berpikiran bahwa kekuatan gaib semacam dan
kehidupan setelah kematian tidak ada. Apakah cara berpikir seperti itu yang
disebut dengan kemunduran sebagai manusia?
Sumber:
Gunawan, Restu.2013. Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kemendikbud
Gunawan, Restu.2013. Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kemendikbud
Oleh:
Baihaqi Aditya, S,Pd.
Saya tergelitik akan pemahaman logis anda tentang manusia pra aksara yg mengubur temannya gara2 bobo terus menerus. Apakah mereka juga beranggapan jika nantinya temannya yg bobo td akan bangun? Karena mereka masih beranggapan temannya td itu cuma bobo. Gmn gan?
BalasHapusBau yang dikeluarkan oleh anggota masyarakat yang tidur selamanya menjadi polusi udara gan..makanya harus segera dihilangkan bau polusi itu
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusBuktinya mana kak?
BalasHapus