Tulisan ini didasarkan pada renungan penulis. Suatu ketika, dipojokkan
kamar, sendirian, malam-malam, dan belum bisa memejamkan mata membuat
penulis memikirkan “kok wujud manusia Indonesia bisa seperti ini ya?
Awalnya nenek moyang bangsa Indonesia itu darimana sih? Lalu mengapa penduduk Indonesia bagian barat dan bagian timur bisa memiliki
ciri-ciri fisik yang berbeda padahal kita satu Negara?” dan
pertanyaan-pertanyaan yang semakin lama memunculkan pertanyaan
lainnya. Oleh karena itu, dalam tulisan kali ini penulis akan mencoba
membagi informasi mengenai keberadaan masyarakat praaksara yang menghuni
dan membuat peradaban di Indonesia.
Ilustrasi kehidupan awal masyarakat awal di kepulauan Indonesia, sudah bisa beternak kebo dan membuat ladang
Sekitar 70 ribu tahun yang lalu, atau akhir zaman es,
orang-orang Melanesoid bermigrasi ke wilayah Indonesia dari arah benua Asia. Mereka inilah orang-orang yang pertama kali mendiami Pulau Jawa. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Badrika (2006:177) bahwa pada mulanya wilayah-wilayah di Indonesia terutama di Jawa dihuni oleh bangsa berkulit hitam (gelap) dan berambut keriting. Bangsa-bangsa tersebut hingga keturunannya sekarang menempati daerah Indonesia bagian timur dan kawasan Negara-negara Oceania seperti Australia, Selandia Baru, Fiji, Kiribati, Vanuatu dan lain-lain.
orang-orang Melanesoid bermigrasi ke wilayah Indonesia dari arah benua Asia. Mereka inilah orang-orang yang pertama kali mendiami Pulau Jawa. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Badrika (2006:177) bahwa pada mulanya wilayah-wilayah di Indonesia terutama di Jawa dihuni oleh bangsa berkulit hitam (gelap) dan berambut keriting. Bangsa-bangsa tersebut hingga keturunannya sekarang menempati daerah Indonesia bagian timur dan kawasan Negara-negara Oceania seperti Australia, Selandia Baru, Fiji, Kiribati, Vanuatu dan lain-lain.
Bangsa yang disebutkan oleh Badrika inilah orang-orang
Melanesoid.
Orang-orang Melanesoid datang ke wilayah Indonesia karena dua hal. Pertama, Mereka
terdesak bangsa yang lebih kuat dari wilayah Asia Tengah sehingga memaksa
orang-orang Melanesoid “ngungsi” dan mencari tanah baru. Alasan kedua,
karena mereka hidupnya masih sederhana, yakni menerapkan pola food gathering dengan mengikuti arah binatang buruan sehingga
secara tidak sengaja menuntun mereka ke wilayah Indonesia. Nah di wilayah
Indonesia inilah, terutama di Pulau Jawa, mereka merasakan tempat tinggal
yang nyaman, comfortzone, PW, yah pokoknya aman untuk
melangsungkan hidup dan membentuk peradaban.
Orang-orang Melanesoid hidup
di pinggiran sungai, terutama lembah sungai Bengawan Solo karena seperti
yang kita ketahui, sungai merupakan sumber kehidupan. Sungai
menyediakan air untuk diminum oleh makhluk hidup. Tidak hanya manusia,
bahkan binatang dan tumbuhan juga membutuhkan air. Sehingga menang banyak
itu orang-orang Melanesoid. Air dapat, tumbuh-tumbuhan dan binatang juga
tersedia.
Keturunan orang-orang Melanesoid yang sekarang menjadi penduduk asli
Negara-negara di kawasan Oceania, kulit boleh gelap, tapi kesehatan
gigi tetap dijaga
Orang-orang Melanesoid membawa kebudayaan Paleolithikum atau zaman
batu tua. Artinya berbagai perkakas yang mereka gunakan masih terbuat dari
batu dan bentuknya masih kasar. Seperti kapak genggam.
Kegiatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang Melanesoid pada zaman
praaksara yaitu berburu makanan, menangkap ikan, mengumpulkan buah-buahan
dan hidup berpindah-pindah. Jika sumber makanan di sekitar bantaran
sungai sudah habis, mereka akan pergi ke sungai-sungai lain
untuk memenuhi kebutuhannya. Biasanya orang-orang Melanesoid berkelompok antara 10 sampai
15 orang dengan adanya pemimpin kelompok.
Waktu kejayaan dan ketentraman orang-orang Melanesoid berakhir ketika
bangsa Proto Melayu datang dari Asia Tenggara (Campa dan sebagian
Yunan). Orang-orang Melanesoid terdesak. Mengapa bisa terdesak? Jelas
karena kebudayaan mereka kalah bersaing dengan otang-orang Proto Melayu.
Orang-orang Proto Melayu membawa kebudayaan Neolithikum yang
setingkat lebih tinggi dari orang-orang Melanesoid. Terdesak oleh bangsa
yang kuat, orang-orang Melanesoid migrasi ke pulau-pulau Indonesia bagian
timur seperti Papua bahkan rute migrasi mereka melebar lagi hingga sampai
ke Australia, Selandia Baru, dan Negara-negara di kawasan Oceania.
Maka tidak heran jika kita melihat penduduk asli Papua, akan terdapat persamaan fisik dengan penghuni Asli benua Australia, yakni suku Aborigin. Kulit berwarna coklat gelap sampai hitam,
rambut keriting, bibir tebal, dan badan tidak terlalu besar seperti orang Afrika
karena mereka satu keturunan, yakni orang-orang Melanesoid. Keturunan bangsa Melanesoid di Indonesia saat ini contohnya suku Dhani, suku Asmat,
sebagian penduduk Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
B.
Bangsa Proto Melayu
Bangsa Proto Melayu atau orang-orang Melayu generasi “pertama” alias “tua”
diyakini sebagai salah satu nenek moyang pembentuk bangsa Indonesia.
Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr.Heinrich Kern dan Moh. Ali bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kamboja dan Yunan
(Tiongkok Selatan) kurang lebih sekitar 4000 sampai 2000 tahun sebelum
masehi. Orang-orang Proto Melayu datang melalui dua jalur, yaitu barat dan
timur. Tetapi asalnya sama, yaitu dari wilayah Campa dan sebagian Yunan.
Melalui jalur barat, rutenya dari Campa atau Yunan kemudian masuk ke
Semenanjung Melayu, kemudian menyeberang ke Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
Sedangkan jika melalui jalur timur, orang-orang Proto Melayu menempuh dari Yunan lalu bergerak ke wilayah Filiphina dan dilanjutkan ke
Sulawesi kemudian menyebar ke wilayah Indonesia.
Orang-orang dari wilayah Campa, Kamboja. Lihat fisiknya mungkin sama
dengan mayoritas orang Indonesia bahkan ada yang mirip dengan tetangga
anda
Kebudayaan Bangsa Proto Melayu merupakan kebuadayaan Neolithikum atau zaman batu
baru. Pada masa tersebut, orang-orang Proto Melayu sudah hidup menetap dan
bercocok tanam. Benda-benda dari zaman Neolithikum masih terbuat dari batu
tetapi sudah diperhalus dan disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh kebudayaan
zaman neolithikum seperti kapak persegi (yang dari jalur barat) dan kapak
lonjong (yang dari jalur timur).
Peta Migrasi bangsa Proto Melayu. Warna merah merupakan migrasi Proto
Melayu,kalo ijo miliknya Deutro Melayu. Jangan dibolak-balik seperti
goreng tempe ya
Menjalani kehidupan yang tenang layaknya orang-orang Melanesoid, pada
akhirnya bangsa Proto Melayu terdesak juga oleh bangsa “Deutro Melayu atau
Melayu generasi baru”. Bangsa Deutro Melayu mampu
mendesak Proto Melayu karena mereka sudah memiliki peradaban yang lebih
tinggi, yakni kebudayaan logam. Keturunan bangsa Proto Melayu saat ini
menjadi suku Dayak.suku Toraja, dan Suku Batak.
Bangsa Deutro Melayu memasuki Pulau-Pulau di Indonesia kurang lebih 500
tahun Sebelum Masehi (Badrika, 2006:178). Mereka masuk dari jalur barat,
diawali dari daerah Indocina (sekarang merupakan kumpulan Negara bekas
jajahan Perancis seperti Kamboja, Laos, dan Vietnam) dan Siam (sebagian
Thailand). Lalu melalui semenanjung Melayu, kemudian menuju Sumatra, dan
menyebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Porsi paling banyak mendiami
pulau Jawa.
Mereka statusnya adalah pendatang, jadi ketika orang-orang Deutro Melayu
tiba di pulau-pulau Indonesia, mereka bertemu dengan bangsa Proto Melayu.
Dari pertemuan tersebut menghasilkan kohabitasi maupun konflik. Hasilnya?
Bisa ditebak jika orang-orang Deutro Melayu lebih unggul karena sudah
memasuki zaman logam sedangkan bangsa Proto Melayu masih berkutat pada
zaman Neolithikum. Kebudayaan logam yang dibawa oleh orang-orang Deutro
Melayu mayoritas terbuat dari Perunggu. Misalkan kapak corong, nekara, dan
bejana perunggu.
Keturunan dari orang-orang Deutro Melayu saat ini tersebar sebagai
suku-suku yang berdiri sendiri seperti Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Betawi,
Suku Minang, dan Suku Bugis.
Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd
Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar