Kamis, 28 September 2017

PELAYARAN BANGSA PORTUGIS DAN SPANYOL DALAM MENCARI BENUA AUSTRALIA

Pada postingan sebelumnya, telah dibahas tentang penduduk asli Benua Australia. Kali ini, penulis kembali memberikan informasi terkait pelayaran bangsa-bangsa barat seperti Inggris, Belanda, Portugal, dan Spanyol dalam misi menemukan benua kangguru di belahan bumi bagian selatan tersebut. Bangsa-bangsa seperti yang penulis tuliskan pada kalimat sebelumnya merupakan pemain-pemain lama dalam pelayaran samudera.



Bendera Spanyol dan Portugal, dua Negara Eropa pertama yang berhasrat menemukan Terra Australis Incognita…tapi gagal


Perdebatan Keberadaan Benua Australia
Benua Australia merupakan benua terkecil di dunia. Selain itu, Australia juga disebut benua “hijau”. Penyebutan sebagai benua “hijau” didasarkan kenyataan bahwa hingga akhir abad ke-15 (tahun 1490 an), benua ini belum terjamah oleh tangan-tangan manusia berpola hidup modern. Akibatnya, Australia belum terekspos pada saat itu, kecuali oleh orang-orang Aborigin yang hidupnya masih sederhana.

Sejarah mencatat, awal abad ke-15, zaman penjelajahan samudera sudah mulai dilakukan oleh bangsa barat. Akan tetapi, saat itu orang-orang barat masih berbeda pendapat terkait adanya benua lain di belahan bumi bagian selatan. Hal ini diawali dengan gesekan berbagai pendapat terkait bentuk bumi. Jadi, teori “bumi itu datar” atau “bumi itu bulat” sudah dipermasalahkan sejak zaman dulu..tidak viral dan panas seperti saat ini.



Pomponius Mela, pembuat peta kuno dari Yunani yang percaya bahwa bumi itu bulat. Tidak datar, kotak, apalagi segitiga

Ada dua golongan pendapat terkait bentuk bumi. Golongan pertama  menyatakan bahwa bentuk bumi itu bulat dan terbagi menjadi dua secara seimbang antara belahan utara dan selatan. Tokoh besar yang menyatakan bumi berbentuk bulat adalah Ptolemy, filsuf  pada abad kedua masehi. Ia yakin, di bagian selatan khatulistiwa ada daratan yang sangat luas untuk mengimbangi daratan di utara. Akan tetapi, Ptolemy belum mengetahui secara pasti dimana letak persisnya, berapa luasnya dan bagaimana bentuk “daratan selatan itu”. Oleh karena itu, Ptolemy menyebutnya Terra Australis Incognita, yang berarti "daratan selatan yang belum dikenal" (Hughes, 1988:43).Pendapat Ptolemy diperkuat dengan adanya pemikiran serupa dari Pomponius Mela, seorang pembuat peta klasik dari abad pertama masehi.

Sementara, golongan kedua masih menganggap bentuk bumi adalah datar seperti  tikar atau keloso. Golongan ini menolak jika bentuk bumi bulat. Biasanya yang menafsirkan pendapat bumi datar adalah golongan ahli agama dengan penafsiran kitab suci yang dangkal dan terbatas. Tiga tokoh rohaniwan dari Eropa yang bersikeras menolak bahwa bumi bulat adalah Lactantius, Santo Agustinus, dan Cosmas Indicopleustes (Scott, 1966). Santo Agustinus menyatakan bahwa siapa saja yang mempercayai bahwa bumi berbentuk bulat maka pemikirannya itu bid’ah atau haram. Agustinus beranggapan di alkitab tidak disebutkan bagaimana wujud bumi sebenarnya.

Lukisan wajah Lactantius, rohaniwan yang percaya bumi berbentuk datar



Cosmas Indicopleustes, orang yang mengatakan bahwa bumi juga berbentuk datar.

Perbedaan pandangan antara kedua golongan terkait bentuk bumi, ikut mempengaruhi eksistensi benua Australia. Hal ini terbukti sebelum abad ke-16, peta dunia memposisikan daerah dimana Australia saat ini masih digambarkan sebagai lautan yang terbuka. Sementara pihak yang mempercayai bentuk bumi bulat membuat peta dunia dengan menggambarkan daratan khayalan di selatan yang diberi nama Terra Australis Incognita.

Agar lebih mudah memahami bagaimana pertentangan yang menyatakan bahwa benua Australia itu nyata atau hanya mitos bagi bangsa-bangsa Barat, sangat perlu mempelajari fakta-fakta sejarah berkaitan dengan pelayaran, perdagangan, dan praktek kolonialisasi oleh bangsa Barat pada masa pelayaran samudera.

Pelayaran Bangsa Portugis dan Spanyol Menemukan Benua Australia
Selama abad ke 15-16 masehi merupakan era penting bagi eksplorasi bangsa Barat untuk membuka jalan baru dari daratan Eropa ke “Dunia Timur”. Banyak pedagang Eropa yang saling sikut menyikut, tikung menikung, dan bersaing untuk mendapatkan keuntungan dari berdagang barang-barang dari timur seperti emas, gula, sutera dan rempah-rempah. Barang-barang tersebut pada waktu itu sangat laku keras di pasaran Eropa.


Lukisan kota Genoa di Italia pada abab ke-15. Terlihat sangat sibuk sekali aktivitasnya. Terutama di daerah pelabuhannya. By the way, itu rumah dan istananya mirip rumah-rumahan di permainan monopoli

Pelayaran Portuguese Menemukan Benua Australia
Tetapi semua berubah, ketika tahun 1453, Kesultanan Turki mampu mengambil alih kota Konstantinopel yang merupakan kota penghubung Eropa dan “Dunia Timur”. Direbutnya Konstantinopel membuat persediaan barang-barang dari timur menuju Eropa mengalami hambatan. Hal itulah yang mendorong pelaut-pelaut Portugis untuk langsung kulakan barang-barang (rempah-rempah, sutera, emas, dll) tersebut ke tempat asalnya tanpa melalui perantara (baca: pedagang-pedagang Venesia, Genoa, dan kota Konstantinopel). Para pelaut Portugis terinspirasi dari keberhasilan pelayaran Ferdinand Magellan, Bartholomeuw Diaz dan Vasco da Gama yang berhasil mencapai Tanjung Harapan (Afrika Selatan) dan India pada akhir abad ke-15 (Siboro, 1989:10). Jadi para pelaut Portugis percaya mereka juga bisa melakukan touring ke dunia Timur dengan mengikuti jalur pelayaran yang dilalui oleh Bartholomuew Diaz,  Vasco da Gama dan Magellan.

Para pelaut Portugis sering menggunakan jalur Eropa - Tanjung Harapan – Ormuz – India – Malaka - Maluku. Hal ini memperlihatkan bahwa kapal-kapal Portugis sebenarnya telah membuka jalan bagi pelaut Eropa lainnya untuk menemukan benua Australia. Hal itu terbukti ketika Pelaut Portugis singgah di Maluku, seharusnya jika para pelaut itu ingin melanjutkan perjalanan ke selatan, akan menemukan Benua Australia.

Akan tetapi, para pelaut Portugis tidak memperlihatkan tanda-tanda mereka pernah menginjakkan kaki di benua Australia. Kemungkinan besar Portuguese sudah cukup puas melakukan pelayaran sampai ke Maluku. Atau bisa jadi mereka tidak ingin melanggar perjanjian Zaragosa dengan Spanyol. Akibatnya mentok sudah bahwa pelaut Portugis “hanya” memberikan sumbangsih berupa rute pelayaran dari Eropa untuk menuju benua Australia melalui jalur timur.


Peta pelayaran Portugis menuju kepulauan penghasil rempah-rempah. Lihatlah betapa dekatnya Maluku dengan Australia. Sedekat itu tetapi tidak peka untuk menemukannya? Kasihan sekali Australia, ternyata Portugis tidak sepeka cowok lain...maksudnya negara lain.

Pelayaran Spaniard Menemukan Benua Australia
Pada tahun 1567, kawasan Amerika Latin jatuh ke tangan kekuasaan Spanyol. Setelah mendapatkan benua Amerika, Raja Felipe II ( 1527- 1598) semakin berhasrat mengirim armada lautnya mencari daerah-daerah baru yang belum terjamah oleh bangsa barat lainnya. Tujuannya jelas, agar wilayah koloni kerajaan Spanyol semakin banyak dan cakupannya lebih luas. Target selanjutnya adalah benua Selatan yang masih menjadi “misteri" tersebut. Oleh karena itu, atas nama raja Felipe II, seorang navigator sekaligus kapten kapal berpengalaman bernama Alfaro de Mendana diberi tugas untuk mencari “daratan selatan”.

Lukisan raja Felipe II dari Spanyol karya Tizano Vecellio pada abad ke-16. Terlihat berwibawa dengan menaklukkan hampir seluruh kawasan Amerika Selatan pada masa kolonialisasi
sumber: en.wikipedia.org/wiki/Philip_II_of_Spain

Ekspedisi dimulai, kapal dibawah komando Alfaro de Mendana berangkat dari Peru menuju Samudera Pasifik yang terkenal ganas. Ekspedisi Alfaro cukup memuaskan. Meskipun belum menemukan benua Australia, ia berhasil menemukan kepulauan Solomon. Di Pulau tersebut, awak kapal Alfaro melihat emas dalam jumlah yang sangat banyak. Kesempatan itu digunakan oleh Alfaro dengan mengatakan bahwa Raja Sulaiman (Solomon) yang terkenal kaya mengambil emas dari pulau tersebut untuk menghiasi rumah ibadah bagi Tuhan di kawasan Yerusalem.

Alfaro mengatakan hal tersebut agar membangun hasrat dan semangat bangsa Spanyol untuk menduduki kepulauan Solomon. Pemerintah kerajaan Spanyol sangat mengapresiasi kinerja Alfaro menemukan kepulauan Solomon. Oleh karena itu, Alfaro ditugasi kembali untuk melakukan ekspedisi keduanya pada tahun 1595 dengan misi kembali ke kepulauan Solomon dan menemukan beberapa pulau baru. Hasilnya tidak sia-sia, ekspedisi kedua Alfaro berbuah manis, ia menemukan kepulauan Marquess dan pulau kecil Santa Cruz dimana akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di pulau tersebut (Siboro, 1989:13).


Pedro F. de Quiros. Orang yang berhasrat menemukan benua Australia. Apesnya, di tengah ekspedisi banyak awak kapal yang menikung dia dari belakang dengan melakukan pemberontakan

Setelah ekspedisi Alfaro de Mendana yang dapat dibilang cukup sukses, pemerintah kerajaan Spanyol kembali berhasrat untuk menambah koleksi penemuan pulau-pulau baru di bagian selatan bumi. Ditunjuklah perwira yang kenyang pengalaman dan pernah menjadi awak kapal Alfaro, ia adalah Pedro Fernandez de Quiros.

Armada ekspedisi Quiros yang berjumlah tiga kapal berangkat dari lepas pantai Peru. Diantara awak kapal Quiros, terdapat seorang perwira bernama Luis de Torres. Ekpsedisi Quiros banyak menemui hambatan. Selain menghadapi ganasnya samudera Pasifik, ia juga harus mengatasi pemberontakan yang dilakukan sebagian anak buahnya. Sekelompok awak kapal yang memberontak kepada Quiros berhasil merebut dua kapal dan kembali ke Peru. Quiros yang tidak mampu memimpin kembali ekspedisi, memerintahkan Luis de Torres untuk mengambil alih komando.

Di bawah pimpinan Luis de Torres, kapal layar berbendera Spanyol tersebut berhasil memasuki perairan di sebelah selatan Papua. Selama dua bulan berada di lautan, Torres harus menghadapi gugusan pulau dan karang yang jumlahnya banyak. Torres tidak melihat apalagi menemukan benua Australia. Padahal jaraknya sangat dekat sekali dengan posisi kapal yang dipimpinnya. Namun, namanya diabadikan menjadi Torres strait atau selat Torres yang memisahkan Australia dan Papua.



Rute yang dilalui Luis de Torres pada tahun 1606 dalam misi menemukan benua Australia..Tapi belum berhasil juga..yah belum rejeki soalnya

Meskipun ekspedisi Quiros dan de Torres menemui kegagalan dalam menemukan benua Australia yang sesungguhnya, Quiros berani mengatakan bahwa pulau-pulau yang ditemukan oleh ekspedisi kapal Spanyol sampai ke kutub selatan harus dinamai AUSTRIALIA DEL ESPIRITU SANTO (Siboro, 1989:14). Ia mengatakan hal tersebut karena berhasil membuktikan bahwa di bagian selatan bumi memang ada daratan dalam bentuk pulau-pulau kecil, meskipun bukan daratan yang sangat besar karena pada saat itu Quiros tidak menemukan Australia secara langsung.


Luis de Torres, meskipun dirimu tidak menemukan benua Australia, namamu tetap akan dikenang dengan sebutan Selat Torres.

Pada akhirnya, baik pelayaran yang dilakukan Portugis maupun Spanyol, tidak membuahkan hasil untuk menemukan benua Australia. Akan tetapi, rute yang diwariskan kedua Negara di kawasan Andalusia tersebut menjadi pegangan penting bagi bangsa-bangsa Barat lainnya dalam misi penemuan benua Australia di kemudian hari.

Sumber:
1. Hughes, R. 1988. The Fatal Shore The Epic of Australia's Founding. New York: Vintage Books A Division of random house.
2. Scott, E. 1966. Australian Discovery Volume One by Sea. New York: Jonhson Reprint Corporation.
3. Siboro, Julius. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd

1 komentar:

  1. El Yucateco Restaurants - Las Vegas, NV - MapYRO
    The Cosmopolitan of Las 여수 출장마사지 Vegas features its own buffet, 부산광역 출장안마 lunch, and dinner menu, The Cosmopolitan of 안산 출장안마 Las Vegas 의왕 출장마사지 offers its 의왕 출장안마 own supper club and

    BalasHapus