Pada postingan sebelumnya, telah dibahas tentang penduduk asli Benua
Australia. Kali ini, penulis kembali memberikan informasi terkait pelayaran bangsa-bangsa barat seperti Inggris, Belanda, Portugal, dan Spanyol dalam misi menemukan benua kangguru di belahan bumi bagian selatan tersebut. Bangsa-bangsa seperti yang penulis tuliskan pada kalimat sebelumnya merupakan pemain-pemain lama dalam pelayaran samudera.
Bendera Spanyol dan Portugal, dua Negara Eropa pertama yang berhasrat
menemukan Terra Australis Incognita…tapi gagal
Benua Australia merupakan benua terkecil di dunia. Selain itu, Australia juga disebut benua “hijau”. Penyebutan sebagai benua “hijau” didasarkan kenyataan bahwa hingga akhir abad ke-15 (tahun 1490 an), benua ini belum terjamah oleh
tangan-tangan manusia berpola hidup modern. Akibatnya, Australia
belum terekspos pada saat itu, kecuali oleh orang-orang Aborigin
yang hidupnya masih sederhana.
Sejarah mencatat, awal abad ke-15, zaman penjelajahan samudera sudah mulai
dilakukan oleh bangsa barat. Akan tetapi, saat itu orang-orang
barat masih berbeda pendapat terkait adanya benua lain di belahan bumi
bagian selatan. Hal ini diawali dengan gesekan berbagai pendapat terkait bentuk bumi.
Jadi, teori “bumi itu datar” atau “bumi itu bulat” sudah dipermasalahkan
sejak zaman dulu..tidak viral dan panas seperti saat ini.
Pomponius Mela, pembuat peta kuno dari Yunani yang percaya bahwa bumi itu
bulat. Tidak datar, kotak, apalagi segitiga
Ada dua golongan pendapat terkait bentuk bumi. Golongan pertama menyatakan bahwa
bentuk bumi itu bulat dan terbagi menjadi dua secara seimbang
antara belahan utara dan selatan. Tokoh besar yang menyatakan
bumi berbentuk bulat adalah Ptolemy, filsuf pada abad kedua masehi. Ia yakin, di bagian selatan khatulistiwa ada daratan yang sangat
luas untuk mengimbangi daratan di utara. Akan tetapi, Ptolemy
belum mengetahui secara pasti dimana letak persisnya, berapa luasnya dan
bagaimana bentuk “daratan selatan itu”. Oleh karena itu, Ptolemy
menyebutnya Terra Australis Incognita, yang berarti "daratan
selatan yang belum dikenal" (Hughes, 1988:43).Pendapat Ptolemy diperkuat
dengan adanya pemikiran serupa dari Pomponius Mela, seorang pembuat peta
klasik dari abad pertama masehi.
Sementara, golongan kedua masih menganggap bentuk bumi adalah datar seperti tikar atau keloso. Golongan ini menolak jika bentuk bumi bulat. Biasanya yang menafsirkan pendapat bumi datar adalah
golongan ahli agama dengan penafsiran kitab suci yang dangkal dan terbatas.
Tiga tokoh rohaniwan dari Eropa yang bersikeras menolak bahwa bumi bulat
adalah Lactantius, Santo Agustinus, dan Cosmas Indicopleustes (Scott, 1966). Santo
Agustinus menyatakan bahwa siapa saja yang mempercayai bahwa bumi berbentuk bulat maka pemikirannya itu bid’ah atau haram. Agustinus
beranggapan di alkitab tidak disebutkan bagaimana wujud bumi sebenarnya.
Cosmas Indicopleustes, orang yang mengatakan bahwa bumi juga berbentuk datar.
Perbedaan pandangan antara kedua golongan terkait bentuk bumi, ikut mempengaruhi eksistensi benua Australia. Hal ini terbukti sebelum abad ke-16, peta dunia memposisikan daerah dimana
Australia saat ini masih digambarkan sebagai lautan yang terbuka.
Sementara pihak yang mempercayai bentuk bumi bulat membuat peta dunia
dengan menggambarkan daratan khayalan di selatan yang diberi nama Terra Australis Incognita.
Agar lebih mudah memahami bagaimana pertentangan yang menyatakan bahwa
benua Australia itu nyata atau hanya mitos bagi bangsa-bangsa Barat, sangat perlu mempelajari fakta-fakta sejarah berkaitan dengan pelayaran,
perdagangan, dan praktek kolonialisasi oleh bangsa Barat pada masa
pelayaran samudera.
Pelayaran Bangsa Portugis dan Spanyol Menemukan Benua Australia
Selama abad ke 15-16 masehi merupakan era penting bagi eksplorasi
bangsa Barat untuk membuka jalan baru dari daratan Eropa ke “Dunia
Timur”. Banyak pedagang Eropa yang
saling sikut menyikut, tikung menikung, dan bersaing untuk mendapatkan
keuntungan dari berdagang barang-barang dari timur seperti emas, gula,
sutera dan rempah-rempah. Barang-barang tersebut pada waktu itu
sangat laku keras di pasaran Eropa.
Lukisan kota Genoa di Italia pada abab ke-15. Terlihat sangat sibuk sekali
aktivitasnya. Terutama di daerah pelabuhannya. By the way, itu
rumah dan istananya mirip rumah-rumahan di permainan monopoli
Pelayaran Portuguese Menemukan Benua Australia
Pelayaran Portuguese Menemukan Benua Australia
Tetapi semua berubah, ketika tahun 1453, Kesultanan Turki mampu mengambil
alih kota Konstantinopel yang merupakan kota penghubung Eropa dan “Dunia
Timur”. Direbutnya Konstantinopel membuat persediaan barang-barang dari timur
menuju Eropa mengalami hambatan. Hal itulah yang mendorong pelaut-pelaut Portugis untuk langsung kulakan barang-barang (rempah-rempah, sutera, emas, dll) tersebut ke tempat asalnya
tanpa melalui perantara (baca: pedagang-pedagang Venesia,
Genoa, dan kota Konstantinopel). Para pelaut Portugis terinspirasi dari
keberhasilan pelayaran Ferdinand Magellan, Bartholomeuw Diaz dan Vasco da Gama yang berhasil
mencapai Tanjung Harapan (Afrika Selatan) dan India pada akhir abad ke-15 (Siboro, 1989:10). Jadi para pelaut
Portugis percaya mereka juga bisa melakukan touring ke dunia Timur
dengan mengikuti jalur pelayaran yang dilalui oleh Bartholomuew Diaz, Vasco da Gama dan
Magellan.
Para pelaut Portugis sering menggunakan jalur Eropa - Tanjung Harapan –
Ormuz – India – Malaka - Maluku. Hal ini memperlihatkan bahwa kapal-kapal Portugis sebenarnya telah membuka jalan bagi pelaut Eropa lainnya
untuk menemukan benua Australia. Hal itu terbukti ketika Pelaut Portugis singgah di Maluku,
seharusnya jika para pelaut itu ingin melanjutkan perjalanan ke
selatan, akan menemukan Benua Australia.
Akan tetapi, para pelaut Portugis tidak memperlihatkan tanda-tanda mereka pernah menginjakkan kaki di benua Australia. Kemungkinan besar Portuguese sudah cukup puas melakukan pelayaran sampai ke Maluku. Atau bisa jadi mereka tidak ingin melanggar perjanjian Zaragosa dengan Spanyol. Akibatnya mentok sudah bahwa pelaut Portugis “hanya” memberikan sumbangsih berupa rute pelayaran dari Eropa untuk menuju benua Australia melalui jalur timur.
Akan tetapi, para pelaut Portugis tidak memperlihatkan tanda-tanda mereka pernah menginjakkan kaki di benua Australia. Kemungkinan besar Portuguese sudah cukup puas melakukan pelayaran sampai ke Maluku. Atau bisa jadi mereka tidak ingin melanggar perjanjian Zaragosa dengan Spanyol. Akibatnya mentok sudah bahwa pelaut Portugis “hanya” memberikan sumbangsih berupa rute pelayaran dari Eropa untuk menuju benua Australia melalui jalur timur.
Peta pelayaran Portugis menuju kepulauan penghasil rempah-rempah. Lihatlah
betapa dekatnya Maluku dengan Australia. Sedekat itu tetapi tidak peka
untuk menemukannya? Kasihan sekali Australia, ternyata Portugis tidak sepeka
cowok lain...maksudnya negara lain.
Pelayaran Spaniard Menemukan Benua Australia
Pada tahun 1567, kawasan Amerika Latin jatuh ke tangan kekuasaan Spanyol. Setelah mendapatkan benua Amerika, Raja Felipe II ( 1527- 1598) semakin berhasrat
mengirim armada lautnya mencari daerah-daerah baru yang belum
terjamah oleh bangsa barat lainnya. Tujuannya jelas, agar wilayah koloni kerajaan
Spanyol semakin banyak dan cakupannya lebih luas. Target selanjutnya adalah
benua Selatan yang masih menjadi “misteri" tersebut. Oleh karena itu, atas nama raja Felipe II, seorang navigator sekaligus
kapten kapal berpengalaman bernama Alfaro de Mendana diberi tugas untuk mencari “daratan selatan”.
Lukisan raja Felipe II dari Spanyol karya Tizano Vecellio pada abad ke-16. Terlihat berwibawa dengan menaklukkan hampir seluruh kawasan Amerika Selatan pada masa kolonialisasi
sumber: en.wikipedia.org/wiki/Philip_II_of_Spain
Ekspedisi dimulai, kapal dibawah komando Alfaro de Mendana berangkat dari
Peru menuju Samudera Pasifik yang terkenal ganas. Ekspedisi Alfaro cukup memuaskan. Meskipun belum menemukan benua Australia, ia berhasil
menemukan kepulauan Solomon. Di Pulau tersebut, awak kapal Alfaro melihat
emas dalam jumlah yang sangat banyak. Kesempatan itu digunakan oleh Alfaro
dengan mengatakan bahwa Raja Sulaiman (Solomon) yang terkenal kaya mengambil emas dari pulau tersebut untuk menghiasi rumah ibadah bagi Tuhan
di kawasan Yerusalem.
Alfaro mengatakan hal tersebut agar membangun hasrat dan semangat bangsa Spanyol untuk menduduki kepulauan Solomon. Pemerintah kerajaan Spanyol sangat mengapresiasi kinerja Alfaro menemukan kepulauan Solomon. Oleh karena itu, Alfaro ditugasi kembali untuk melakukan ekspedisi keduanya pada tahun 1595 dengan misi kembali ke kepulauan Solomon dan menemukan beberapa pulau baru. Hasilnya tidak sia-sia, ekspedisi kedua Alfaro berbuah manis, ia menemukan kepulauan Marquess dan pulau kecil Santa Cruz dimana akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di pulau tersebut (Siboro, 1989:13).
Alfaro mengatakan hal tersebut agar membangun hasrat dan semangat bangsa Spanyol untuk menduduki kepulauan Solomon. Pemerintah kerajaan Spanyol sangat mengapresiasi kinerja Alfaro menemukan kepulauan Solomon. Oleh karena itu, Alfaro ditugasi kembali untuk melakukan ekspedisi keduanya pada tahun 1595 dengan misi kembali ke kepulauan Solomon dan menemukan beberapa pulau baru. Hasilnya tidak sia-sia, ekspedisi kedua Alfaro berbuah manis, ia menemukan kepulauan Marquess dan pulau kecil Santa Cruz dimana akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di pulau tersebut (Siboro, 1989:13).
Pedro F. de Quiros. Orang yang berhasrat menemukan benua Australia. Apesnya, di tengah ekspedisi banyak awak kapal yang menikung dia dari
belakang dengan melakukan pemberontakan
Setelah ekspedisi Alfaro de Mendana yang dapat dibilang cukup sukses,
pemerintah kerajaan Spanyol kembali berhasrat untuk menambah koleksi penemuan pulau-pulau baru di bagian selatan bumi. Ditunjuklah perwira yang kenyang pengalaman dan pernah menjadi awak kapal Alfaro, ia adalah Pedro Fernandez
de Quiros.
Armada ekspedisi Quiros yang berjumlah tiga kapal berangkat dari lepas pantai Peru. Diantara awak kapal Quiros, terdapat seorang perwira bernama Luis de Torres. Ekpsedisi Quiros banyak menemui hambatan. Selain menghadapi ganasnya samudera Pasifik, ia juga harus mengatasi pemberontakan yang dilakukan sebagian anak buahnya. Sekelompok awak kapal yang memberontak kepada Quiros berhasil merebut dua kapal dan kembali ke Peru. Quiros yang tidak mampu memimpin kembali ekspedisi, memerintahkan Luis de Torres untuk mengambil alih komando.
Armada ekspedisi Quiros yang berjumlah tiga kapal berangkat dari lepas pantai Peru. Diantara awak kapal Quiros, terdapat seorang perwira bernama Luis de Torres. Ekpsedisi Quiros banyak menemui hambatan. Selain menghadapi ganasnya samudera Pasifik, ia juga harus mengatasi pemberontakan yang dilakukan sebagian anak buahnya. Sekelompok awak kapal yang memberontak kepada Quiros berhasil merebut dua kapal dan kembali ke Peru. Quiros yang tidak mampu memimpin kembali ekspedisi, memerintahkan Luis de Torres untuk mengambil alih komando.
Di bawah pimpinan Luis de Torres, kapal layar berbendera Spanyol tersebut
berhasil memasuki perairan di sebelah selatan Papua. Selama dua bulan
berada di lautan, Torres harus menghadapi gugusan pulau dan
karang yang jumlahnya banyak. Torres tidak melihat apalagi menemukan
benua Australia. Padahal jaraknya sangat dekat sekali dengan posisi kapal yang dipimpinnya. Namun, namanya diabadikan menjadi Torres strait atau selat Torres yang memisahkan Australia dan
Papua.
Rute yang dilalui Luis de Torres pada tahun 1606 dalam misi menemukan benua
Australia..Tapi belum berhasil juga..yah belum rejeki soalnya
Meskipun ekspedisi Quiros dan de Torres menemui kegagalan dalam menemukan
benua Australia yang sesungguhnya, Quiros berani mengatakan bahwa pulau-pulau yang ditemukan oleh ekspedisi kapal Spanyol
sampai ke kutub selatan harus dinamai AUSTRIALIA DEL ESPIRITU SANTO (Siboro, 1989:14). Ia mengatakan hal
tersebut karena berhasil membuktikan bahwa di bagian selatan bumi memang
ada daratan dalam bentuk pulau-pulau kecil, meskipun bukan daratan yang
sangat besar karena pada saat itu Quiros tidak menemukan Australia secara langsung.
Luis de Torres, meskipun dirimu tidak menemukan benua Australia, namamu
tetap akan dikenang dengan sebutan Selat Torres.
Pada akhirnya, baik pelayaran yang dilakukan Portugis maupun Spanyol, tidak
membuahkan hasil untuk menemukan benua Australia. Akan tetapi, rute yang
diwariskan kedua Negara di kawasan Andalusia tersebut menjadi pegangan
penting bagi bangsa-bangsa Barat lainnya dalam misi penemuan benua
Australia di kemudian hari.
Sumber:
1. Hughes, R. 1988. The Fatal Shore The Epic of Australia's Founding. New York: Vintage Books A Division of random house.
2. Scott, E. 1966. Australian Discovery Volume One by Sea. New York: Jonhson Reprint Corporation.
3. Siboro, Julius. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd
Sumber:
1. Hughes, R. 1988. The Fatal Shore The Epic of Australia's Founding. New York: Vintage Books A Division of random house.
2. Scott, E. 1966. Australian Discovery Volume One by Sea. New York: Jonhson Reprint Corporation.
3. Siboro, Julius. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd
El Yucateco Restaurants - Las Vegas, NV - MapYRO
BalasHapusThe Cosmopolitan of Las 여수 출장마사지 Vegas features its own buffet, 부산광역 출장안마 lunch, and dinner menu, The Cosmopolitan of 안산 출장안마 Las Vegas 의왕 출장마사지 offers its 의왕 출장안마 own supper club and