Disetujuinya proposal terkait pembukaan koloni di Australia oleh Raja
George III memaksa pemerintah kerajaan Inggris sibuk. Persiapan kapal,
pengangkutan logistik, pengkoordinasian dengan angkatan laut, dan proses
pemindahan para residivis yang tercyduk cukup menguras waktu dan pikiran.
Raja George III. Pemimpin dari Negeri Tiga Singa yang merestui pembukaan
lahan di New South Wales, tempat pembuangan bagi para kriminal Inggris
Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 13 Mei 1787. Rombongan yang dipimpin oleh
Kapten Arthur Phillip mulai meninggalkan pelabuhan Porstmouth menuju
tanah wilayah masih asing dan penuh tantangan. Suatu wilayah di bagian selatan bumi dimana kelak
akan muncul Negeri baru yang makmur dan maju. Yaitu Australia…
Porstmouth, kota kecil di selatan Inggris itu tampak tidak seperti biasanya. Pada
tanggal 13 Mei 1787, sebelas kapal angkatan laut milik Inggris berjejer
rapi. Keadaan di sekitar pelabuhan juga ramai oleh orang-orang yang berkumpul. Para perwira dan prajurit angkatan laut Inggris juga siap-siap memulai petualangan barunya. Terlihat pula, barisan ratusan manusia dengan tangan diikat dengan borgol dan rantai.
Ya…merekalah para narapidana Inggris yang akan menjadi “kelinci percobaan”
di lingkungan Australia yang masih asing.
Seorang pria Inggris, gagah dan lengkap dengan lencana angkatan laut di pundak dan seragamnnya, memperhatikan bagaimana bule-bule kriminal menaiki
kapal. Pria tersebut adalah sosok pilihan dan dipercaya pemerintah
kerajaan Inggris untuk memimpin ekspedisi pembukaan koloni pertama di tanah
Kangguru. Ia tidak lain adalah Kapten Arthur Phillip, yang tercatat pula
dalam sejarah sebagai gubernur pertama di New South Wales (Siboro,
1989:33).
Lukisan Kapten Arthur Phillip, gubernur pertama koloni New South Wales.
Penulis yakin mbah Phillip ini pasti sangat mumet harus
mengurusi dan mengatur para Narapidana di wilayah New South Wales
Sebelas kapal yang dipimpin oleh Phillip itu pun berangkat meninggalkan
keriuhan pelabuhan Porstmouth menuju New South Wales. Komposisi rombongan pertama yang dikirim ke New South Wales terdiri dari 769 narapidana, 100 American loyalist, dan sisanya adalah Militer angkatan Laut
Inggris serta para pegawai gubernur. Setelah delapan bulan
terombang-ambing di Samudera Hindia dan Pasifik, akhirnya rombongan Arthur
Philips tiba di Botany Bay pada 18 Januari 1788. Ketika tiba di tempat tersebut,
Arthur Phillip merasa tempat itu kurang cocok untuk didirikan koloni. Ia
memerintahkan penyelidikan ke arah utara Botany Bay.
Siap diperbudak ndan...maksudnya siap dipekerjakan atas nama negara.
Tugas “suci” dari Negara menunggu orang-orang tercyduk itu.
Tugas “suci” dari Negara menunggu orang-orang tercyduk itu.
Setelah melakukan penyelidikan di utara Botany Bay selama kurang lebih 8
hari, Phillip sangat terpukau dengan keadaan “pelabuhan alami” disana. Ia
menamai daerah itu dengan nama Port Jackson.
Keterpukauan Phillip dicatat dalam buku The Official Bicentennial Diary 1988 halaman 43 yang bertuliskan “
The finest harbor in the world, in which a thousand sail of the line
may ride in the most perfect security
”(Scott, 1943:43). Tempat tersebut lalu dinamai Phillip dengan nama Sydney, karena
sebagai rasa kekaguman Phillip kepada Menteri Dalam Negeri
Inggris saat itu, Lord Sydney.
Setelah jangkar ditambatkan, rombongan Phllip segera melakukan aktivitas pendirian koloni di wilayah Sydney. Selain itu, untuk mengukuhkan kepemilikan Inggris atas Australia secara simbolik, Phillips menancapkan bendera Union Jack pada tanggal 26 Januari 1788. Oleh karena itu, setiap
tanggal 26 Januari masyarakat Australia memperingatinya sebagai Hari
Nasional karena menganggap Arthur Phillip adalah peletak dasar pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat Australia modern saat ini.
Kapal-Kapal Inggris memasuki Port Jackson, Sydney. Kegiatan membuka koloni
Inggris di Australia untuk pertama kali pun terjadi dalam sejarah
Dipilihnya Sydney, menjadi penanda awal dibukanya Penal Settlement
atau tempat pembuangan narapidana. Membangun koloni baru dengan komposisi
masyarakat yang sebagian besar adalah narapidana dan lingkungan yang masih asing menjadikan beban pekerjaan Arthur Phillip tidak mudah.
Tugas yang diberikan kepada Phillip tidak hanya membuka koloni saja. Terdapat banyak misi dari pemerintah kerajaan Inggris yang diberikan kepada Phillip. Antara lain menggunakan tenaga narapidana untuk mendirikan “kota”, membangun relasi yang baik dengan penduduk Aborigin, menjaga ketertiban dan keamanan koloni, membuat koloni bisa berproduksi sendiri, dan mengelola persediaan makanan dari Inggris selama dua belas bulan. Dijamin jika tidak kuat mental dan pengalamannya, bisa gila sendiri mbah Arhur Phillip.
Tugas yang diberikan kepada Phillip tidak hanya membuka koloni saja. Terdapat banyak misi dari pemerintah kerajaan Inggris yang diberikan kepada Phillip. Antara lain menggunakan tenaga narapidana untuk mendirikan “kota”, membangun relasi yang baik dengan penduduk Aborigin, menjaga ketertiban dan keamanan koloni, membuat koloni bisa berproduksi sendiri, dan mengelola persediaan makanan dari Inggris selama dua belas bulan. Dijamin jika tidak kuat mental dan pengalamannya, bisa gila sendiri mbah Arhur Phillip.
Lukisan yang memperlihatkan para narapidana diminta segera bekerja untuk
membuka koloni di New South Wales. Salah siapa jadi tahanan, makan tuh kerja rodi…
Kawasan di Timur Australia tersebut mengalami update-an yang luar biasa pesat. Dari zaman batu melompat jauh ke zaman besi. Suara cangkul besi, kampak, dan perkakas logam lainnya terdengar setiap hari, dimana sebelumnya suara-suara tersebut belum pernah ada. Hal tersebut dilakukan karena wilayah Sydney saat itu akan dibangun pemukiman, kantor, rumah sakit, dan lahan pertanian.
Satu tahun pertama Arthur Phillip memerintah wilayah New South Wales banyak
menemui kesulitan. Coba pembaca bayangkan, ia dituntut harus membuka koloni dan
berproduksi lebih cepat tapi tenaga yang dimiliki hanyalah “pemalas-pemalas
dari penjara Inggris”. Para narapidana hanya mau bekerja jika mereka
diawasi dan dipaksa. Hal tersebut membuat Phillip mengubah aturan jatah
makanan dari gudang logistik. Akibat dari pengurangan jatah makan bagi
penduduk koloni, membuat sebagian penduduk terkena gangguan kesehatan dan
kemampuan fisiknya berkurang.
Sempat ada harapan. Ketika Raja George III memerintahkan pengiriman bantuan
logistik ke New South Wales. Tapi apa daya, sepertinya takdir memberi pehape alias harapan palsu kepada Penduduk koloni di New South
Wales. Kapal pengangkut kebutuhan logistik yang bernama Guardian tenggelam di Tanjung Harapan (wilayah Afrika Selatan). Keadaan tersebut semakin menambah beban berat kehidupan penduduk koloni karena hampir dua
tahun bantuan dari Inggris tidak kunjung datang. Rasa putus asa, kecewa,
dan kelaparan menjadi gambaran umum dari koloni Inggris pertama di Australia tersebut.
Phillip merenung di ruangan kantornya. Sang “Raja” di Tanah Koloni para
narapidana itu kepalanya kemut-kemut. Ia memutar otak bagaimana
cara mengurus dan menggerakkan begundal-begundal Inggris itu
agar koloni di New South Wales bisa diselamatkan. Akhirnya ia mendapatkan
kesimpulan bahwa harus ada reward alias penghargaan kepada para
narapidana agar mau bekerja lebih keras lagi.
Caranya adalah memberikan tanah bagi para narapidana yang berkelakuan baik dan memiliki loyalitas tinggi terhadap Inggris. Tanah yang diberikan kepada “mantan narapidana” ini nanti diharapkan dapat digarap oleh pemiliknya dengan baik, bahkan bisa berproduksi. Phillip menjadikan James Ruse, seorang mantan narapidana yang berkelakuan baik sebagai tolak ukurnya menerapkan kebijakan “bagi-bagi tanah”.
James Ruse diberi sebidang tanah untuk digarap sendiri. Ruse bahkan sudah bisa menjual hasil pertaniannya kepada pemerintah. Hal ini menjadi harapan bagi Arthur Phillip bahwa narapidana lain bisa seperti James Ruse. Jika ide dan kebijakan tersebut berhasil direalisasikan, maka masyarakat koloni New Sotuh Wales akan terhindar dari kelaparan dan ketergantungan kepada Inggris.
Caranya adalah memberikan tanah bagi para narapidana yang berkelakuan baik dan memiliki loyalitas tinggi terhadap Inggris. Tanah yang diberikan kepada “mantan narapidana” ini nanti diharapkan dapat digarap oleh pemiliknya dengan baik, bahkan bisa berproduksi. Phillip menjadikan James Ruse, seorang mantan narapidana yang berkelakuan baik sebagai tolak ukurnya menerapkan kebijakan “bagi-bagi tanah”.
James Ruse diberi sebidang tanah untuk digarap sendiri. Ruse bahkan sudah bisa menjual hasil pertaniannya kepada pemerintah. Hal ini menjadi harapan bagi Arthur Phillip bahwa narapidana lain bisa seperti James Ruse. Jika ide dan kebijakan tersebut berhasil direalisasikan, maka masyarakat koloni New Sotuh Wales akan terhindar dari kelaparan dan ketergantungan kepada Inggris.
Lukisan Barak atau markas militer N.S.W Corps. Anggotanya selain
bertugas menjaga keamanan di wilayah New South Wales, juga berkewajiban mecuti para
narapidana yang malas bekerja.
Sakit buat narapidana? Ya iyalah ..salah sendiri malas kerja.
Sakit buat narapidana? Ya iyalah ..salah sendiri malas kerja.
Akan tetapi, ide yang dipikirkan Phillip banyak menuai kendala. Terutama dari New South Wales Corps, badan pertahanan dan keamanan yang dibentuk
Phillip untuk menjaga ketertiban koloni. Anggotanya terdiri dari
militer angkatan Laut Inggris. Para perwira N.S.W Corps merasa keberatan
jika tanah dibagi-bagikan begitu saja kepada para narapidana. Perlu
diketahui bahwa pada saat itu tanah dibagikan hanya kepada personil N.S.W
Coprs, staf gubernur, dan para American loyalist.
Merasa berbagai kebijakannya tidak didukung dan banyak menemui kegagalan
disana-sini, membuat Arthur Phillip frustasi. Akhirnya pada bulan Desember 1792,
setelah hampir 4 tahun memimpin sebuah koloni yang amburadul,
Phillip mengundurkan diri. Pengunduran diri Arthur Phillip dikarenakan ia
mengaku sakit perutnya kambuh lagi dan tidak bisa disembuhkan ( Siboro,
1989:36). Mules, mencret, suduken mungkin masuk juga dalam alasan Phillip mengajukan pengunduran dirinya.
Ini gambaran koloni New South Wales pada masa kepemimpinan Arthur Phillip,
bisa dikatakan ini adalah awal mula lahirnya Kota Sydney
Kota Sydney jaman now. Lihat betapa majunya kota Sydney sekarang.
Mbah Phillip harus bangga mengetahuinya dari alam sana
Arthur Phillip sudah mengakhiri kepemimpinannya di New South Wales. Meskipun
sudah kembali ke Inggris, Arthur Phillip masih memiliki keinginan kuat
untuk bisa kembali melihat perkembangan koloni yang dibangunnya itu. Ya macam drama-drama CLBK. Namun takdir berkehendak
lain. Sampai akhir hayatnya, sang Jendral sekaligus “Raja Pertama” dari
kota para narapidana itu tidak pernah berkunjung ke Australia lagi…
*Meskipun begitu, Nama Arthur Phillip disebut masyarakat Australia sebagai
peletak kehidupan masyarakat yang berbudaya Eropa di kawasan Asia.
So..berbanggalah mbah Phillip di alam sana, karena masyarakat
Koloni itu sekarang menjadi Negara yang maju dan makmur.
Sumber:
1. Scott, Ernest. 1943. A Short History of Australia. London: Oxford University Press.
2. Siboro, Julius. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sumber:
1. Scott, Ernest. 1943. A Short History of Australia. London: Oxford University Press.
2. Siboro, Julius. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd
Baihaqi Aditya, S.Pd
"Siap diperbudak ndan..eh maksudnya siap dipekerjakan" Pasti itu adalah ucapan salah satu kopral yang melapor pada mbah Arthur kan gan?
BalasHapusSedikit masukan gan kalau bisa istilah-istilah yang dibuat miring (mumet, kemut-kemut, mecuti, begundal-begundal), masing-masing bisa diberikan footnote, jadi agar cendekiawan-cendekiawan yg tidak paham bisa paham.
BalasHapusTerima kasih atas masukannya mas bahari...menjadi vitamin bagi saya untuk memposting agar lebih baik lagi
BalasHapusMakasih infonya gan, jd tau tentang sejarah terbentuknya negara australia
BalasHapus