Sabtu, 07 Oktober 2017

PELAYARAN BANGSA BELANDA MENEMUKAN BENUA AUSTRALIA


Pada awal abad ke-16, orang-orang berkebangsaan Belanda yang berprofesi sebagai penjelajah dan pedagang melakukan tour ke dunia timur untuk mencari rempah-rempah. Salah satu target para penjelajah Belanda ialah kepulauan Nusantara yang terkenal dengan “surganya rempah-rempah”. Tapi pada postingan kali ini, penulis tidak akan membahas penjelajahan Belanda ke Indonesia yang banyak dibahas di buku-buku sejarah Indonesia. Pembahasan kali ini terkait dengan kisah pelayaran bangsa Belanda menemukan tetangga Indonesia di bagian selatan, yaitu Australia.
Bendera Australia dan Belanda



Penjajah Yang Pernah Juga Dijajah
Runtuhnya dominasi gereja yang hampir 12 abad menguasai kehidupan masyarakat di Eropa, membawa angin segar bagi ilmu pengetahuan untuk berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan, revolusi besar-besaran pada berbagai bidang kehidupan, dan reformasi gereja berakibat pada keingintahuan bangsa barat untuk menjelajahi seluruh kawasan di dunia ini. Penjelajahan tersebut membawa banyak kepentingan seperti ekonomi, politik, dan perluasan wilayah. Salah satu bangsa Barat yang ikut berkecimpung dalam kegiatan pelayaran samudera adalah Belanda. Negara yang sangat kita kenal eksistensinya di bumi Nusantara di masa lampau.

Akan tetapi, tahukah pembaca bahwa Belanda yang “katanya” menjajah Indonesia selama"350" tahun itu ternyata juga bekas jajahan Negara lain. Ya..Indonesia itu pernah dijajah Belanda yang ternyata Belanda sendiri juga merupakan bekas jajahan Spanyol. Ngenes? iya….memang itulah kenyataan dalam fakta sejarah.

Sebelum tahun 1648, Belanda merupakan wilayah koloni dari Spanyol. Belanda dapat merdeka setelah delapan puluh tahun berusaha membebaskan diri dari cengkeraman Spanyol yang saat itu dipimpin oleh Raja Philip II. Perang kemerdekaan Belanda melawan Spanyol dinamakan Perang Delapan Puluh Tahun (1568-1648). Sebab meletusnya Perang tersebut dikarenakan ketidakmauan mayoritas rakyat Belanda yang berpaham reformis untuk selalu sendiko dhawuh di hadapan Raja Spanyol.

Ilustrasi perang 80 tahun atau perang kemerdekaan Belanda. Tampak seperti terjadi sedang gencatan senjata antara tentara Belanda dan Spanyol


Lalu, mengapa Belanda berani dan mampu menantang kerajaan Spanyol yang notabene adalah “Negara induknya”? Jawabannya terletak di tangan para pelaut dan pedagang Belanda yang menjadi saudagar kaya berkat perdagangan rempah-rempah. Mereka memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi agar bangsanya (Belanda) mampu berjuang memperoleh kemerdekaan. Banyak pedagang Belanda yang tinggal di Lisbon, ibukota Portugal untuk membeli rempah-rempah dari Maluku, lalu menjualnya ke seluruh Eropa. Kegiatan yang menguntungkan dari perdagangan rempah-rempah tersebut menyebabkan Belanda mampu memperkuat armada laut dan angkatan bersenjatanya sehingga berani menantang Spanyol selama 80 tahun perang bergejolak (Siboro, 1989:15).

Selama berlangsungnya perang antara Spanyol dan Belanda, Negara Portugal berada di bawah kekuasaan Raja Spanyol. Hal tersebut membuat Raja Phillip (Felipe) II mengeluarkan perintah agar pelabuhan Lisbon ditutup untuk kapal-kapal Belanda. Hal tersebut bertujuan agar Belanda tidak mampu membiayai perangnya melawan Spanyol karena sumber utamanya yaitu perdagangan rempah-rempah melalui Lisbon telah ditutup. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Penutupan pelabuhan Lisbon membuat bangsa Belanda bertekad langsung mendapatkan rempah-rempah dari sumbernya, yaitu Nusantara.

Ini dia sosok Raja Philip (Felipe) II yang membuat rakyat Belanda gak betah di bawah kekuasaan Spanyol lalu meletuslah Perang 80 tahun

Bless in disguise , mungkin itulah pepatah yang tepat bagi Belanda. Ketika pelabuhan utama sebagai sumber pemasok rempah-rempah ditutup, para pedagang Belanda tidak kehilangan akal, mereka malah berpikiran langsung kulakan saja ke tempat penghasil rempah-rempahnya. Lalu muncullah orang-orang terkenal seperti Cornelis de Houtman dan Jan van Linschoten.

Lalu apa yang terjadi dengan perang 80 tahun itu sendiri? Raja Philip II kelabakan karena hasil perang ternyata memunculkan pihak Belanda sebagai pemenang dan memperoleh kemerdekaannya dari Spanyol.

Penjelajah-penjelalah Tangguh de Oranje Dalam Menemukan Terra Australis Incognita

Replika kapal Duyfken, kapal Belanda pertama yang digunakan untuk menemukan benua Australia


Belanda, yang saat itu diwakili Vereeniging Oost Indsiche atau VOC memiliki kekuasaan di Tanah Jawa dan Maluku, mulai berhasrat lagi untuk mencari tanah koloni baru agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Menurut Scott (1943), Kapal Belanda yang pertama kali berangkat dari Jawa untuk menemukan benua Australia bernama Duyfken. Kapal penjelajah tersebut dikomandoi William Jansz. Pada tahun 1606, Duyfken berlayar dengan cara memotong selat Torres yang memisahkan Papua dan Australia. William Jansz dan awak kapalnya berhasil mencapai pantai barat York yang terletak di Australia bagian barat.

Akan tetapi, persediaan ransum makanan yang menipis dan tewasnya sembilan awak kapal karena diserang oleh suku Aborigin membuat Jansz memutar Duyfken kembali untuk kembali ke Hindia-Belanda (sebutan Indonesia selam masa kolonialisasi) untuk melaporkan hasil temuannya. Nah, William Jansz dan awak kapalnya inilah orang-orang Eropa pertama yang pernah melihat dan menginjakkan kakinya di tanah Selatan tersebut (Siboro, 1989:16).

William Jansz, penjelajah Belanda pertama yang diberi misi untuk menemukan Benua Australia. Tua-tua gini dia masih bisa memimpin awak kapalnya menaklukkan samudera Hindia

Lima tahun pasca pelayaran William Jansz, Belanda kembali mengirimkan ekspedisi penjelajahannya di bawah komando Hendrik Brouwer pada tahun 1611. Brouwer menemukan rute baru mencapai Pulau Jawa, yakni dari Tanjung Harapan di Afrika Selatan lalu berlayar terus ke arah timur tanpa singgah di India. Setelah berlayar kurang lebih 3000 mil, baru kapal memutar haluan ke arah utara menuju pulau Jawa. Rute baru temuan Brouwer ini memakan waktu lebih pendek daripada rute yang harus singgah dulu ke India. Sejak penemuan jalur yang lebih pendek ini, pimpinan VOC menginstruksikan kapal-kapal Belanda yang akan ke Jawa harus menggunakan Brouwer Voyage Route.
Hendrik Brouwer, mbah-mbah dari Belanda yang menemukan rute menuju pulau Jawa lebih cepat

Jika dikaitkan dengan peta Samudera Hindia dan rute pelayaran Brouwer, dapat diprediksi bahwa para pelaut Belanda secara sengaja maupun tidak sengaja sering melihat daratan Australia bagian barat bahkan tidak mustahil mereka akan singgah terlebih dahulu di lepas pantai barat Australia sebelum melanjutkan ke Jawa.

Perhatikan garis titik-titik merah.. Terdapat rute baru yang ditemukan oleh mbah Brouwer. Padahal sedikit lagi ia menemukan Australia..


Setelah pelayaran yang dilakukan oleh Brouwer, Belanda mengirim kembali ekspedisi untuk membuktikan eksistensi Australia. Kali ini, seorang kapten dan navigator ulung, Dirk Hartog dipercaya pemerintah Belanda menggunakan kapal Eendracht. Mengikuti rute pelayaran Brouwer, akhirnya Dirk Hartog berhasil mencapai pantai barat Australia dan mendarat di pulau-pulau kecil yang saat ini dikenal dengan nama “Hartog’s Islands”. Di Pulau tersebut, Hartog menegakkan sebuah tiang dan meninggalkan sebuah piring yang dipakukan pada tiang tersebut (Siboro, 1989:17).

Eendracht, kapal penjelalah Belanda yang digunakan untuk menemukan Benua Australia

Pada piring yang ditinggalkan Hartog di pulau tersebut, terdapat serangkaian kata-kata yang berbunyi: “Pada tanggal 25 Oktober 1616, kapal Eendracht di bawah pimpinan Dirk Hartog dari Amsterdam telah sampai di tempat ini, dan berlayar lagi menuju Banten pada tanggal 27 di bulan yang sama” (Scott, 1943:19). Sekarang, piring yang menjadi catatan tertua orang Eropa melakukan kontak ke benua Australia tersebut disimpan di Museum Nasional Amsterdam. Hartog sendiri menamai Australia dengan nama Het Land van de Eendracht atau tanah yang telah dicapai oleh kapal Eendracht.

Ketika Dirk Hartog "menancapkan" tanda bahwa ia dan awak kapalnya berhasil menginjakkan kaki di daratan Australia. Kenapa harus piring saja? kenapa tidak ditambahi sendok dan garpu? kan mayan itu bisa buka warung Londo pertama di Australia. Pelanggannya berpotensi suku Aborigin.

Keberhasilan Dirk Hartog mencapai pantai barat Australia, menggugah hasrat pelaut-pelaut Belanda lainnya untuk mengunjungi “Benua Kangguru” tersebut. Muncullah nama Abel Tasman sebagai pelaut terkenal berikutnya yang berusaha menaklukkan ganasnya Samudera Hindia. Abel Tasman dalam pelayaran untuk mengunjungi Australia kembali menemukan pulau baru di bagian selatan benua tersebut. Pulau yang ia temukan dinamai Van Diemen’s Land (Tasmania sekarang ini) sebagai bentuk penghormatannya kepada gubernur VOC saat itu, Anthony van Diemen.

Namun, nasib apes menimpa Abel Tasman. Bermaksud kembali berlayar ke utara, kapalnya malah terkena badai sehingga terdampar di Selandia Baru. Tanah Selandia Baru menjadi memori buruk bagi Tasman, ia dan anak buahnya diserang oleh suku Maori. Setelah lolos dari serangan suku Maori, Abel Tasman kembali ke Batavia (Jakarta).

Abel Tasman, pelaut asal Belanda yang berhasil menemukan pulau Tasmania dan Selandia Baru. Kumisnya seperti bajak laut di film Pirates of Caribbean

Kapal Abel Tasman ketika mendarat di Selandia Baru. Sayang nasibnya apes, bukannya disambut tarian selamat datang dari suku Maori, justru malah dikejar-kejar dengan panah dan tombak. Untung saja masih bisa kembali ke Hindia Belanda

Nih, tanah yang ditemukan oleh Abel Tasman, alam Selandia baru yang hijau dan subur.  Surga bagi yang bercita-cita angon wedhus, kebo, dan sapi 

Landscape Kota Wellington, ibukota Selandia Baru. Mbah Abel Tasman pasti bangga di alam sana melihat tanah temuannya menjadi negara yang makmur dan maju

Setelah pelayaran Abel Tasman, para pelaut Belanda menamai benua Australia dengan nama New Holland. Kesan para pelaut Belanda terhadap New Holland yaitu tanah yang gersang, kering, dan tidak recommended untuk dijadikan koloni baru. Memang benar, Australia bagian barat sebagian besar bertopografi gurun pasir, tandus, kering, dan iklimnya panas. Andai saja para pelaut Belanda mendaratkan kapalnya di lepas pantai bagian timur Australia, pasti cerita sejarah akan berbeda lagi. Tapi ya mau bagaimana lagi, itu mungkin memang nasib Belanda agar tidak menambah koloni baru lagi.

Pada akhirnya, pelaut-pelaut Belanda berhasil menemukan benua Australia bagian barat, sebagian utara, dan sebagian selatan meskipun mereka tidak tertarik untuk menjadikannya daerah koloni. Tetapi, bagi ilmu pengetahuan, penemuan sebagian Australia oleh orang-orang Belanda membuka sedikit demi sedikit “ tanah yang dianggap mitos di bagian selatan dunia” tersebut.

Sumber:
1. Scott, Ernest. 1943. A Short History of Australia. London: Oxford University Press.
2. Siboro, Julius. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Oleh:
Baihaqi Aditya, S,Pd.

1 komentar:

  1. Jika belanda memiliki koloni di australia mungkin konsentrasi koloni di indonesia akan berkurang

    BalasHapus