Kurang lebih selama 50 tahun sejak penjelajahan orang-orang Belanda di
Australia, informasi mengenai daratan di selatan bumi tersebut menemui
kebuntuan. Tidak ada catatan antara tahun 1638-1688 terkait eksplorasi
benua Australia secara lebih lanjut. Namun, semua berubah ketika bajak laut
asal Inggris, William Dampier secara tidak sengaja mendarat di negeri
Kangguru tersebut. Dari “terdamparnya” Dampier itulah, dimulai kisah para
penjelajah kerajaan “Tiga Singa” untuk menemukan dan menerkam negeri
“kangguru”.
Bendera Inggris dan Australia. Ibarat anak bertemu dengan ibunya
Pada tahun 1688, sekelompok bajak laut yang dipimpin oleh William Dampier terdampar di pantai barat laut Australia. Selama beberapa minggu tinggal
di pantai, kelompok bajak laut ini tidak melihat hal-hal yang menguntungkan
bagi diri mereka. Tidak ada emas, perak, maupun barang jarahan. Sehingga
ketika kapal mereka yang bernama Cygnet sudah selesai diperbaiki,
Dampier segera memberi komando untuk kembali berlayar.
William Dampier, bajak laut asal Inggris yang hobi makan daging Hiu
Setelah kembali ke Inggris, Dampier menerbitkan catatannya ketika ia terdampar di pantai Barat Australia. Catatan Dampier mendapat respon positif dari pemerintah. Pemerintah kerajaan Inggris saat itu tertarik karena
ingin memperluas wilayah koloninya. Inggris tahu bahwa Belanda sudah hampir
menguasai Hindia-Belanda (Indonesia), Inggris tidak ingin Belanda juga
mengambil alih wilayah di selatan Indonesia.
Dampier, yang awalnya berstatus bajak laut, berubah menjadi seorang privateer (bajak laut yang diperbolehkan menjarah oleh negara demi keuntungan negara yang dibelanya) diberi kepercayaan pemerintah kerajaan Inggris untuk memimpin ekspedisi guna mengeksplor daratan Australia. Dampier berangkat dengan kapal Roebuck. Pada tanggal 6 September 1699, Dampier berhasil mendarat di tempat yang ia sebut Sharks’s Bay. Penyebutan tempat tersebut dikarenakan selama mendarat di bagian barat Australia, awak kapal Dampier sering berburu dan mengkonsumsi daging Hiu (Siboro, 1989:23).
Dampier, yang awalnya berstatus bajak laut, berubah menjadi seorang privateer (bajak laut yang diperbolehkan menjarah oleh negara demi keuntungan negara yang dibelanya) diberi kepercayaan pemerintah kerajaan Inggris untuk memimpin ekspedisi guna mengeksplor daratan Australia. Dampier berangkat dengan kapal Roebuck. Pada tanggal 6 September 1699, Dampier berhasil mendarat di tempat yang ia sebut Sharks’s Bay. Penyebutan tempat tersebut dikarenakan selama mendarat di bagian barat Australia, awak kapal Dampier sering berburu dan mengkonsumsi daging Hiu (Siboro, 1989:23).
Ilustrasi Kapal Cygnet milik William Dampier. Terlihat seperti ada
awak kapal yang bergelantungan benerin layar kapal
Selama empat bulan, Dampier dan awak kapalnya melakukan eksplorasi pantai
barat dan pantai utara Australia. Setelah selesai mengeksplorasi dan
mencatat apa yang ia temukan. Dampier kembali lagi ke Inggris untuk
melapor. Ternyata catatan Dampier selama empat bulan tinggal di Shark’s Bay tidak menarik minat pemerintah Inggris untuk
mengkolonisasi Australia. Mengapa begitu? Ingat..bahwa bagian barat Australia merupakan wilayah gurun yang gersang dan
tandus. Jadi dirasa tidak menguntungkan.
Setelah ekplorasi Dampier, kurang lebih selama 70 tahun Australia kembali sepi dari orang-orang Barat. Bisa dikatakan, penduduk Aborigin juga masih hidup PW ( Posisi Wenak) dan damai tanpa gangguan orang-orang berkulit putih yang entah datang darimana itu (ini penulis memperkirakan seperti itulah kira-kira yang ingin dikatakan oleh suku Aborigin).
Setelah ekplorasi Dampier, kurang lebih selama 70 tahun Australia kembali sepi dari orang-orang Barat. Bisa dikatakan, penduduk Aborigin juga masih hidup PW ( Posisi Wenak) dan damai tanpa gangguan orang-orang berkulit putih yang entah datang darimana itu (ini penulis memperkirakan seperti itulah kira-kira yang ingin dikatakan oleh suku Aborigin).
Lanskap Shark’s Bay di Australia saat ini. Pada masa lampau, William
Dampier dan awak kapalnya sering berburu Hiu di lautan tersebut
N.B: Para barisan jones berpotensi menimpuk pasangan dalam foto tersebut pake Hiu hidup
N.B: Para barisan jones berpotensi menimpuk pasangan dalam foto tersebut pake Hiu hidup
Ini dia sosok James Cook, sang penemu benua Australia.
Pertengahan abad ke-18 masehi, Inggris memasuki masa-masa kecanduan ilmu
pengetahuan. Terbentuknya Royal Society of London yang
membahas tentang ilmu astronomi menjadi bukti bahwa orang-orang Inggris sudah menggemari ilmu pengetahuan. Saat itu, tahun 1769, menurut cendekiawan dari Kota London, akan terjadi peristiwa Transit of Venus. Kejadian Transit of Venus hanya bisa
dilihat di wilayah bumi bagian selatan. Jadi diperlukan pelayaran dan
penyelidikan disana. seperti apa jelasnya kejadian Transit of Venus sendiri, penulis juga belum tahu. Orang yang
mendalami ilmu Astronomi pasti tahu, sedangkan penulis belum tentu. Jadi
dimaafkan ya hehe..
Proposal pihak Royal Society of London terkait penyelidikan “transit of Venus” direstui dan didukung oleh Angkatan Laut
Inggris. Satu buah kapal yang diberi nama Endeavour Bark beserta
awak kapal untuk melaksanakan kegiatan tersebut sudah tersedia. Tinggal
dipilih seorang komandan yang akan memimpin ekspedisi “ilmiah” tersebut. Angkatan Laut Inggris kemudian memberi kepercayaan kepada seorang
perwira angkatan laut yang memiliki keahlian tinggi dalam membuat peta.
Orang tersebut tidak lain adalah James Cook, pria yang
namanya akan menjadi legenda dan “pahlawan” bagi publik Australia di hingga saat ini.
Ilustrasi kapal Endeavour Bark, kapal yang digunakan James Cook
untuk mengeksplorasi Australia
Ekspedisi pelayaran James Cook mempunyai tiga misi penting.
Pertama, terkait dengan ilmu pengetahuan, yaitu mengamati fenomena “Transit
of Venus” yang hanya dapat dilihat di wilayah yang saat ini dikenal dengan nama negara Tahiti. Kedua, menemukan dan mengeksplorasi Benua Australia
lebih lanjut. Setelah berhasil menemukan Australia, misi ketiga menanti
James Cook, yaitu menyelidiki daratan yang dulu pernah ditemukan oleh Abel
Tasman, tidak lain wilayah tersebut adalah Selandia Baru.
Kapal Endeavour Bark tiba di Tahiti pada bulan April tahun 1769.
James Cook dan awak kapalnya berhasil mengamati fenomena Transit of Venus. Selesailah misi pertamanya. Misi kedua yaitu
menemukan dan mengeksplorasi benua Australia. Tetapi karena banyak kendala, seperti cuaca ganas dan udara yang dingin, Cook memutuskan untuk men-skip dulu misi keduanya dan melompat ke misi ketiga, yaitu
menyelidiki Selandia Baru.
Kapal James Cook otewe menuju Botany Bay, pantai Timur Australia
Bulan Oktober 1769, James Cook mendaratkan kapalnya di pantai timur North
Island, Selandia Baru. Seperti kejatuhan durian runtuh, di pantai timur
inilah James Cook dan awak kapalnya melihat fenomena Transit of Mercury. Ya.... hitung-hitung bonus laporan buat
orang-orang yang tergabung dalam Royal Society of London di London sana...
Setelah enam bulan mendarat di pantai timur North Island, James Cook sudah yakin menyelidiki Selandia Baru, kemudian ia memerintahkan
awak kapalnya agar segera menaikkan jangkar dan memulai pelayaran lagi.
Tujuannya kali ini menyelidiki Van Diemen’s Land atau yang sekarang dikenal
dengan nama Pulau Tasmania.
Peta tempat Botany Bay yang digambar pada akhir abad ke-18. Terlihat masih
monokrom warnanya, belum full colour seperti sekarang.
Cobaan datang lagi, ombak yang besar dan bergulung-gulung membuat Endevour Bark terombang ambing di Samudera Pasifik. Hasilnya James
Cook gagal mendarat di Tasmania. Pepatah “Bless in disguise”
sepertinya cocok disematkan pada nasib Cook. Meskipun gagal mengunjungi
Tasmania, ia berhasil mendarat di pantai Timur Australia. Bagian timur
Australia jauh berbeda dengan bagian barat yang gersang dan tandus. Bagian timur Australia justru kebalikannya: Banyak
vegetasi pepohonan dan tumbuhan, curah hujan yang tinggi, dan tanah subur. Intinya layak
dijadikan daerah koloni bagi Inggris!
James Cook dengan awak kapalnya bersiap mendarat di Botany Bay, tapi penduduk asli (Aborigin) tidak rela tanahnya akan ditikung oleh orang-orang dari Inggris itu
James Cook dan rombongan berhasil mencapai Botany Bay. Tampak wajah bahagia
menyelimuti semua orang di dalam lukisan tersebut
Lokasi Botany Bay jaman now. Tampak masih dominan hijau sejauh
mata memandang foto tersebut
James Cook berhasil mencapai pantai Timur Australia. Tempat ia dan awak
kapalnya menurunkan jangkar disebut Botany Bay (dalam bahasa
Indonesia artinya Teluk tumbuh-tumbuhan). Pemberian nama Botany Bay didasarkan pada banyaknya jenis tumbuhan yang
ada disana. Puas dengan keadaan pantai Timur Australia, Cook kemudian
melanjutkan pelayarannya ke arah utara. Disinilah peristiwa bersejarah bagi
Inggris dan Australia terjadi. Tepatnya di tempat yang diberi nama New South Wales, James Cook menancapkan bendera Inggris dan
mengklaim bahwa seluruh daerah yang ditemukannya (dalam hal ini Pantai
Timur Australia) menjadi milik Inggris. Peristiwa ini terjadi pada tanggal
23 Agustus 1770. Setelah meninggalkan bendera Union Jack disana
sebagai bukti bahwa Australia “sah” milik Kerajaan Inggris, James Cook
singgah terlebih dahulu di Batavia (Jakarta) yang sudah dikuasai oleh
Belanda. Setelah mengisi perbekalan di Batavia, Cook dan Awak kapalnya
melanjutkan pelayaran untuk kembali di Inggris guna melaporkan apa yang
sudah mereka dapatkan. Cook dan rombongan tiba di Negeri Tiga Singa pada 13
Juli 1771 (Siboro. 1989:25).
James Cook mendeklarasikan kerajaan Inggris sah memiliki benua Australia.
Ya bisa dikatakan James Cook berperan sebagai biro jodoh antara Inggris dan
Australia. Kejadian tersebut terjadi di wilayah New South Wales sekarang
ini
Laporan Cook berhasil membuat pemerintah kerajaan Inggris untuk melakukan
kolonisasi di Australia. Penemuan Cook merupakan dasar bagi terciptanya
Negara Australia yang maju dan makmur seperti masa
sekarang ini. Oleh karena itu pantaslah, jika James Cook mendapatkan julukan
”The real discoverer of the real Australia that we know” (Portus, 1957:29). Bisa juga dikatakan bahwa James
Cook adalah Colombus-nya Australia.
Sumber:
1. Portus, Garnet Vere. 1957. Australia Since 1606 A History for Young Australians. Melbourne: Oxford University Press.
2. Siboro, Julius. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Oleh:
Baihaqi Aditya, S.Pd
Baihaqi Aditya, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar